Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus merupakan peristiwa yang sangat penting. Berawal dari Santa Margaret Mary Alacoque (1647-1690) mendapat wahyu pribadi dari Tuhan Yesus yang menghendaki perayaan liturgis Hati Kudus Yesus dan praktek silih terhadap dosa-dosa yang dilakukan terhadap Sakramen Mahakudus pada setiap hari Jumat pertama dalam setiap bulan. Umat Paroki Santo Yoseph Palembang merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus, Jumat 7 Juni 2024 pukul 17.30 Wib yang dipimpin oleh RD. Hyginus Gono Pratowo.
Dalam homilinya Romo Gono mengatakan Perayaan Hati Kudus Yesus sebagai sebuah ketegasan dari apa yang sudah kita rayakan sebelumnya dan hendak menyakinkan kita akan Allah yang sangat mengasihi dan menyertai perjalanan hidup kita. Itulah cinta kasih Tuhan untuk kita manusia, cinta dan belas kasih Allah itu kekal dan tanpa batas. Meskipun kita adalah manusia yang berulang-ulang jatuh dalam dosa, tetapi ia tetpa setia dan hatinya penuh dengan belas kasih.
Perayaan Hati Kudus Yesus mengajak kita (1:43) untuk merenungkan pengalaman hidup kita yang sebenarnya, yang sungguh-sungguh diperhatikan oleh Allah dengan kasih yang tanpa batas. Cinta dan belas kasih Allah itu mencapai puncak dan kepenuhannya dalam diri Yesus Kristus yang mengorbankan dirinya di kayu salib demi keselamatan kita.
Pada saat Yesus mengorbankan dirinya di kayu salib, ketika lambungnya ditikam dengan tombak, mengalirlah darah dan air, peristiwa ini begitu penting yang merupakan gambaran asli Pembaptisan dan Ekaristi. Sakramen kehidupan baru yang menjadikan kita sebagai anggota keluarga Tuhan dan anggota Gereja. Jika kita sungguh percaya bahwa dari lambung Yesus yang tertikam, kita diselamatkan, mendapatkan rahmat pengudusan, lambang kasih yang tanpa batas untuk kita semua. Yang bisa kita buat untuk membalas kasihnya, Hati Kudus Yesus adalah sebuah ungkapan kita akan kerinduan Tuhan agar semua orang bisa merasakan dan percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh mengasihi kita, maka kita pun harus membalas kasih dalam kehidupan yang nyata.
Apa yang penting, melebihi segala yang ada, cinta Tuhan pada kita, inilah kasih itu, bukan kita yang mengasihi Allah tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan telah mengutus PuteraNya yang tunggal sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Cinta Tuhan kepada kita masing-masing meneguhkan kepercayaan pada diri sendiri, betapa kita dibuatnya berharga, cinta itu bisa mengubah dunia, cinta Tuhan itu bisa kita alami melalui perhatian dan Tuhan ingin agar kita menjadi tanda cinta bagi seseorang.