Petugas Liturgi Sabtu-Minggu Tgl. 2-3 November 2024

October 30, 2024
Petugas Liturgi Sabtu-Minggu Tgl. 2-3 November  2024

Sabtu Pagi

05.30 : Koor : PS. Snow White Organis : PS. Snow White

Tata Laksana : Lingkungan Romo Sanjoyo

Sabtu Siang

12.00 : Koor : PS. Rejoice Organis : PS. Rejoice

Tata Laksana : Lingkungan Emanuel 1

Sabtu Sore

17.30 : Koor : Wilayah II Organis : Supri
Tata Laksana : Lingkungan Kristoforus Martir

Minggu Misa I
06.30 : Koor : Wilayah I Organis : Maggie
Tata Laksana : Lingkungan Santo Blasius

Minggu Misa II
08.30 : Koor : Anak & Remaja Santo Yoseph Organis : Regita
Tata Laksana : PMKRI

Minggu Misa III
17.00 : Koor : Sr. Fransiskus Charitas Organis : Melisa
Tata Laksana : Santo Fransiskus Assisi

Saran Lagu : 497, 498, 499, 659, 660, 661, 662, 663, 839, 962

Penanggalan Liturgi Minggu Ini

Minggu 27 Oktober 2024 : Hari Minggu Biasa XXX (H) Yer. 31:7-9; Mzm. 126:1-2ab,2cd3,4-5,6; Ibr. 5:1-6; Mrk. 10:46-52.
Senin 28 Oktober 2024 : Pesta St. Simon dan Yudas (M) Ef 2:19-22; Mzm 19:2-3.4-5; Luk 6:12-19.
Selasa 29 Oktober 2024 : Hari Bisa (H) Ef 5:21-33; Luk 13:18-21.
Rabu 30 Oktober 2024 : Hari Bisa (H) Ef 6:1-9; Luk 13:22-30.
Kamis 31 Oktober 2024 : Hari Bisa (H) Ef 6:10-20; Luk 13:31-35.
Jumat 1 November 2024 : Hari Raya Semua Orang Kudus (P) Why. 7:2-4,9-14;
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a.
Sabtu 2 November 2024 : Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman, Hari
Sabtu Imam (U) 2Mak. 12:43-46; Yoh. 6:37-40.
Minggu ke 3 : 3 November 2024 : Hari Minggu Biasa XXXI (H) Ul. 6:2-6; Mzm. 18:2-3a,3bc4,47,51ab; Ibr. 7:23-28; Mrk. 12:28b-34.

Renungan Mrk. 10:46-52

“BUTA”
Injil hari ini mengisahkan Yesus dan murid-murid sedang dalam perjalanan jauh dari Galilea menuju Yerusalem. Ketika mendekati
Yerusalem, di Yerikho Yesus mendengar seruan keras dari Bartimeus, si
pengemis buta: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Ternyata banyak
orang menegur si buta dan minta supaya ia diam! Mengapa reaksi mereka
itu demikian? Apakah karena Bartimeus seorang pengemis yang kotor,
dan secara kasar berteriak dan mengganggu Yesus, Guru mereka itu?
Si buta itu adalah juga warga masyarakat seperti lainnya. Bukankah
ia pun berhak melihat dan menjumpai Yesus? Dan ketika mereka
mendengar si buta itu mohon disembuhkan oleh Yesus, bukankah mereka
justru harus menolong untuk membawanya kepada Yesus? – Maka reaksi
Yesus justru sebaliknya, Ia minta supaya Bartimeus itu dibawa kepadaNya! Dan ketika si buta itu datang, Yesus bertanya: “Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” Jawaban Bartimeus: “Rabuni, semoga aku dapat melihat!” Bartimeus disembuhkan dan ia dapat melihat. Tetapi ia melihat
bukan hanya dengan matanya, melainkan juga dengan cara lain yang
lebih penting, yaitu ia melihat dengan hatinya. Mengapa? Sebab meskipun
Bartimeus memang buta dalam penglihatan dengan matanya, namun
ia “melihat dengan imannya” dengan jelas dan pasti siapakah Yesus itu
sebenarnya! Itulah isi iman atau kepercayaannya. Kepercaannya inilah
yang membuat dia menjadi murid-Nya. Pada akhir ceritera Injil hari ini
tertulis, bahwa Bartimeus “mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya”, yaitu ke Yerusalem, di mana Yesus akan menderita dan mati disalib.

Belaskasih adalah ciri khas pewartaan dan pelayanan Yesus. Dan ceritera-ceritera tentang aneka penyembuhan-Nya dicatat dalam Injil bukan hanya untuk menunjukkan penyembuhan penyakit mata fisik atau jasmani, melainkan juga penyakit mata/rohani/batin. Ceritera Injil mengandung suatu pesan rohani. Yaitu pesan tentang hubungan antara melihat dan percaya. Injil mengingatkan kita, bahwa di samping kebutaan jasmani/fisik ada juga kebutaan rohani/batin/jiwa. Murid-murid Yesus pun dahulu dan sekarang memiliki dan mengalami aneka ‘penyakit’ dalam cara berpikir dan bersikap. Salah satu penyakit mereka itu secara simbolis disebut penyakit ‘kebutaan’, yakni ketidakmampuan kita untuk memahami makna penderitaan atau kesukaran hidup yang kita alami. Tanpa disadari kita sering memiliki pandangan yang sempit atau sebaliknya pandangan
yang terlalu bebas tanpa batas. Penglihatan rohani atau batin kita terhadap
orang lain dan keadaan masyarakat seringkali kabur, bahkan ibaratnya
sering buta. Dan akibat kebutaan penglihatan itu bisa menghasilkan sikap
pandangan dan hidup yang suram, pesimistis, kecewa bahkan putus asa.
Tetapi sebaliknya kebutaan mata batin kita juga dapat menimbulkan
suatu pandangan dan sikap yang arogan, merasa serba tahu, merasa
selalu benar, bahkan merasa tak pernah salah. – Nah, untuk semuanya itu
dibutuhkan mukjizat penyembuhan! Kita harus juga seperti Bartimeus mau dan berani “mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya” ke Yerusalem, dengan penuh iman berani ikut menerima penderitaan, namun untuk ikut bangkit kembali bersama Dia. Semoga

Leave a Reply


5 + 7 =