Hari Raya Paskah disambut umat Paroki Santo Yoseph Palembang, khususnya anak-anak dengan penuh sukacita, Minggu 20 April 2025 pukul 08.30 Wib dalam perayaan yang dipimpin oleh Uskup Agung Palembang, Yohanes Harun Yuwono Didampingi oleh RD. Hyginus Gono Pratowo.
Dalam pesan Paskahnya, Mgr. Yuwono menyampaikan Kristus menebus kita dan mengangkat kita menjadi anak-anak Allah, maka kita sebagai anak-anak Allah harus sehati seperasaan dengan Allah dan harus melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah seperti Yesus. Setelah Yesus dibunuh karena dibenci oleh musuh-musuhnya, dia bangkit, hidup kembali. Allah Bapa kita bukan Allah yang kejam, bukan Allah yang membiarkan penderitaan. Allah adalah Dia yang menghendaki kebaikan, kehidupan. Kalau orang berbuat baik, berbuat jujur, pun kalau hidupnya dibenci oleh orang lain, dia tetap berkenan, tetap menyenangkan hati Allah dan Allah tetap bangga akan Dia. Seperti kepada Yesus, Allah akan menganugerahkan kehidupan yang mulia.
Tema Paskah kita tahun ini, “Keluargaku dan komunitasku, bangkit bersama Yesus, menyelamatkan bumi dan seisinya.” Bumi dan seisinya, Bapa Paus mengatakan adalah rumah kita. Rumah kita bersama ini harus baik, karena dulu diciptakan oleh Allah juga dengan baik adanya. Karena harus kita wariskan kepada generasi yang akan datang, supaya generasi yang akan datang juga dapat hidup dengan baik di rumah kita bersama ini. Maka pengajaran untuk kita mencintai pohon, mencintai tumbuh-tumbuhan, akan menjadikan kita paham, mengerti tentang arti kebaikan maupun keburukan, mengerti mengenai kebijaksanaan dan kerendahan hati.
Kasih Allah kepada manusia yang rapuh diumpamakan seperti buluh yang terkulai, tetapi karena kasih Allah itu, buluh itu yang menggambarkan orang tidak dipatahkan. Allah tetap mencintai orang yang miskin, yang rendah hati, yang sederhana, yang terbuang, yang tersisih. Bahkan Yesus sendiri mengumpamakan pemberian dirinya bagi manusia, seperti gandum, gandum yang jatuh ke tanah untuk mati, supaya menghasilkan buah. Yesus mati dan kemudian bangkit, buahnya adalah kita semua. Kita akan ikut bangkit bersama dengan Kristus yang bangkit.
Kristus sendiri mengumpamakan dirinya juga seperti tumbuh-tumbuhan, “ Akulah pokok anggur, kamu ranting-rantingnya. Kalau kamu tetap melekat padaku, kamu pun akan menghasilkan banyak buah.” Sekali lagi, Tuhan mengajar kita menggunakan perumpamaan tumbuh-tumbuhan. Pohon-pohon dalam banyak tradisi masyarakat dianggap sakral, juga memberikan berkah, memberikan karunia, memberikan udara bersih, memberikan kayu, obat-obatan dan makanan. Ketika banyak pohon bersama, dia membentuk hutan.
Hutan adalah rumah bagi banyak spesies atau jenis binatang, pohon-pohon yang membentuk hutan juga menyimpan air di tanah. Mengatur sirkulasi air, menstabilkan tanah, menyimpan karbon sehingga mencegah pemanasan global. Mencegah banjir, mencegah tanah longsor. Hingga menyediakan tempat hidup bagi banyak spesies hewan dan tumbuhan. Andaikan tidak ada hutan, banyak jenis atau spesies hewan maupun tumbuh-tumbuhan akan hilang. Karena tidak punya rumah lagi. Kalau mereka hilang, tumbuh-tumbuhan maupun hewan, yang sering banyak menjadi sumber makanan dan obat-obatan kita, maka kita pun bisa kekurangan makanan. Hutan yang rusak akan menimbulkan kemarau. Dengan adanya kemarau, para petani tidak bisa menanam lagi tumbuh-tumbuhan, biji-bijian. Maka juga tidak akan panen dan kita semua akan kelaparan.
Bapa Paus Fransiskus mengatakan, karena bumi ini rumah kita bersama yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan untuk makanan dan kehidupan kita, untuk obat-obatan bagi kesehatan kita, maka mari kita merawat bumi. Kalaupun kita tidak bisa mengelak, entah dengan membangun rumah, membuat pertambangan, membuat perkebunan, janganlah kita rakus atau janganlah kita mengeksploitasi, janganlah kita membabat hutan semau kita, dan janganlah kita menebang pohon-pohon, kalau sungguh tidak perlu. Kalau kita memerlukan, harus ada reboisasi, menanam kembali tempat-tempat yang dulu menjadi hutan dan ditambang, menanami kembali dengan pohon, dengan tumbuh-tumbuhan, mereklamasi, sedemikian rupa sehingga tetap cukup oksigen untuk bumi ini.
Janganlah kita menjejali, memberi makan bumi ini, dengan berbagai penyakit sampah plastik misalnya. Kalau bumi terus-menerus menelan sampah plastik, dia tidak akan bernafas, dia tidak akan hidup, melainkan mati. Karena itu, mari kita membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang apa yang bisa didaur ulang, dijadikan pupuk organik, supaya bumi tetap subur, sekali lagi, supaya bumi tetap menghasilkan tumbuh-tumbuhan, biji-bijian untuk makanan dan pengobatan kita.
Marilah kita menjadi murid-murid Kristus, mengikuti Kristus secara lebih bersungguh-sungguh, karena kita saudara dan saudariNya, adik-adikNya, Kristus yang sulung, Dia adalah Putra Allah, yang sulung diantara semua orang. Mari kita seperti Yesus, berkeliling dari desa ke desa, sambil berbuat baik, kalau kita kesana kemari, kemanapun, tetap berbuat baik, kalau kita hidup jujur, adil, kita akan ikut dengan Yesus. Berani berbuat baik, pun kalau perbuatan baik itu mengancam jiwa kita, seperti Yesus terancam, bahkan mati, karena hidup benar, adil, jujur.
Orang muda harus menghormati orang tua, setiap anak-anak juga harus menghormati orang tua. Orang tua siapapun, apalagi orang tua sendiri. Maka para orang tua, juga harus memberikan keteladanan baik kepada anak-anak. Anak-anak siapapun, juga generasi muda, ingat, kalau menyesatkan anak-anak, kalau tidak memberikan keteladanan baik, Yesus pernah mengatakan, lebih baik digantungi batu kilangan, lalu dilemparkan ke laut.Generasi muda siapapun, apalagi anak-anak kita, adalah tanggung jawab kita. Berilah keteladanan yang baik, seperti Yesus dalam situasi apapun, kita harus berbuat baik, dimanapun dan kapanpun.
Seusai mengikuti Perayaan Hari Raya Paskah ratusan anak-anak melanjutkan kegiatan dengan Perayaan Paskah Anak-Anak di Gedung Aula Serbaguna Santo Yoseph Palembang mulai pukul 10.00 sampai pukul 12.00 Wib.