Prioritas, pewartaan, sentuhan kasih mencerminkan latar belakang Paus Fransiskus 28/08/2015
Kunjungan Paus Argentina berusia 78 tahun itu terjadi dalam satu tahun yang dikemas dengan sejumlah peristiwa penting baginya: publikasi Laudato si’ pada Juni, ensikliknya tentang lingkungan; Sinode Uskup Dunia tentang keluarga pada Oktober; dan pembukaan Tahun Yebileum Kerahiman Ilahi pada 8 Desember.
Mantan Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Buenos Aires ini memang tidak terkenal bagi sebagian besar umat Katolik Amerika Utara dan Asia sebelum ia terpilih menggantikan Paus Benediktus XVI pada 13 Maret 2013, namun rekan-rekannya di Kolese Kardinal tahu siapa dia sebenarnya.
Yesuit Argentina ini adalah runner up dalam konklaf yang memilih Paus Benediktus XVI untuk menggantikan Paus Yohanes Paulus II tahun 2005.
Ia bertumbuh bersama empat saudara kandung dalam sebuah keluarga keturunan Italia. Pembinaan dan pelayanannya sebagai Yesuit, mendorong dia selalu berkontak secara rutin dengan warga termiskin, mempengaruhi gaya kepemimpinan, prioritas dan dalam cara dia berinteraksi dengan individu-individu.
Paus Fransiskus mengisyaratkan betapa kuat pengaruhnya setelah pemilihannya. Misalnya, keputusannya untuk tidak tinggal di Istana Apostolik, tapi di Wisma Vatikan di mana para kardinal tinggal selama konklaf.
Dia mengatakan kepada para wartawan bahwa ia ingin hidup sederhana dan tinggal antara banyak orang agar ia bisa berinteraksi dan bukan karena penghematan.
Saat ia berada dalam kehidupannya yang baru sebagai Paus, ia mengguncang banyak orang dengan tradisi “t” di Vatikan – telepon para pejabat Vatikan untuk memantau kemajuan program; telepon orang-orang yang telah menulis surat kepada dia atau mengajak untuk ngobrol pada sore hari; ia memberikan kuliah kepada kaum klerus tentang perlunya gaya hidup sederhana; dan dia berulang kali mengecam gosip.
Pelajaran awal
Pada awal masa kepausannya, Paus Fransiskus membentuk sebuah kelompok para kardinal – yang sebagian besar kepala keuskupan, tidak ada pejabat dari kantor Kuria Romawi – sebagai kelompok penasehat untuk pemerintahan Gereja. Tugas besar pertama mereka, yang sedang berlangsung, adalah menata birokrasi Vatikan.
Sementara sebagian besar proyek belum selesai, Paus menerima rekomendasi para kardinal untuk membentuk dewan dan sekretariat urusan ekonomi, sekretariat untuk komunikasi dan komisi perlindungan anak. Mereka sudah bekerja.
Hanya delapan bulan setelah menjabat, Paus Fransiskus menerbitkan nasihat apostoliknya, “Evangelii Gaudium,” visinya tentang program kepausan dan Gereja – terutama merangkul anggota Gereja dan tanggapannya terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh budaya sekuler.
Dalam dokumen itu, Paus mengajak umat Katolik keluar dari zoma aman guna berbagi iman mereka “dengan rasa antusias dan semangat” dengan menjadi contoh hidup dari sukacita, cinta dan amal.
Jorge Mario Bergoglio lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936. Beliau memperoleh ijazah teknisi kimia dari sekolah tinggi dan masuk novisiat Yesuit pada Maret 1958.
Sementara dalam pembinaan Yesuit, ia juga mengajar sastra dan psikologi di sekolah-sekolah tinggi Yesuit di pertengahan tahun 1960-an, dan ia ditahbiskan menjadi imam pada 13 Desember 1969.
Tahun 1973, ia diangkat menjadi provinsial Yesuit Argentina. “Saya baru berusia 36 tahun. Itu gila. Saya harus berurusan dengan situasi sulit dan saya membuat keputusan yang tiba-tiba dan sendiri,” katanya dalam sebuah wawancara setelah menjadi Paus.
“Saya secara otoriter dan cepat membuat keputusan sehingga saya dituduh sebagai ultrakonservatif.”
Tahun 1992, Paus Yohanes Paulus II mengangkat dia sebagai uskup pembantu Buenos Aires. Dia menjadi Uskup Koajutor tahun 1997 dan menjadi uskup agung tahun 1998. Paus Yohanes Paulus II mengangkat dia sebagai Kardinal tiga tahun kemudian.
Sumber: ucanews.com