Pengamanan ekstra di malam Natal dilakukan setiap tahun, namun tahun ini antisipasi diberikan khususnya setelah ditangkapnya 13 terduga militan di sejumlah razia di berbagai negara di Asia Tenggara selama bulan ini.
Sebagian besar mereka diduga terkait dengan kelompok yang disebut sebagai Negara Islam (ISIS) dan ada juga yang pernah berjuang di Suriah.
Juru bicara Polri Martinus Sitompul mengatakan tidak ada ancaman teror yang terdeteksi sejak penangkapan-penangkapan itu, namun pengamanan akan diperketat di gereja-gereja dan tempat-tempat umum antara 22 Desember 2017 hingga 2 Januari 2018.
“Kami akan tetap memonitor dan tetap awas”, kata Martinus kepada kantor berita AFP.
Sekitar 70.000 orang dari badan pemerintah lain dan kelompok masyarakat madani, salah satunya GP Ansor – cabang organisasi pemuda NU – juga akan ikut mengamankan malam Natal.
“Kalau saudara-saudari kami yang merayakan Natal membutuhkan… untuk menjaga keamanan mereka beribadah, kami akan membantu,” kata Yaqut Chiolil Qoumas, ketua GP Ansor kepada kantor berita Reuters.
Selain penangkapan orang terkait ISIS, pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel oleh Presiden Trump baru-baru ini juga membuat keresahan karena keputusan itu membuat marah sebagian besar kaum Muslim.
Pada malam Natal tahun 2000, serentetan serangan bom terjadi di sejumlah gereja di Indonesia yang menewaskan 18 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok Jamaah Islamiyah.
Sumber : www.bbc.com/indonesia