RUANG KATEKESE

September 18, 2024
RUANG KATEKESE

PANORAMA KITAB SUCI, Lanjutan

  1. Kanon Kitab Suci
    Dulu sebelum Kitab suci kita menjadi satu kesatuan, ada
    banyak tulisan2 yang beredar. Maka dibutuhkan kanon untuk
    menentukan mana yang termasuk kitab suci.
    3.1 Arti Kata Kanon
    Kata kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti: tongkat.
    Tongkat itu dikemudian hari dipakai untuk mengukur sehingga kata
    kanon kemudian diartikan sebagai ukuran, kaidah, patokan. Bahasa
    Ibrani memakai kata Qane: tongkat, pengukur. Berkaitan dengan Kitab
    Suci, Gereja mengartikan kanon sebagai daftar resmi kitab-kitab yang
    menjadi ukuran, pedoman iman Gereja, yaitu daftar buku-buku yang
    diakui sebagai Kitab Suci dan diterima oleh komunitas beriman sebagai
    Kitab Suci. Dengan kata lain Kanon Kitab Suci berarti daftar dari bukubuku yang diakui sebagai bagian dari Alkitab, yaitu daftar buku-buku yang sesuai dengan ukuran/kriteria sebagai Kitab Suci.
    Adapun kriteria suatu buku disebut atau diakui sebagai Kitab Suci
    yakni :
  • Isi buku: harus berisi tentang kesaksian iman akan sabda
    dan karya Allah yang menyelamatkan.
  • Universalitas buku: Sungguh diakui dan dibenarkan oleh
    orang-orang yang percaya.
  • Umur/usia buku: harus sudah dipakai sejak Gereja perdana
    Ketiga kriteria di atas penting, mutlak harus ada. Jika salah
    satu tidak ada, maka suatu buku tidak lulus kriteria sebagai Kitab Suci.
    Artinya, dengan kata lain mau dikatakan bahwa orang sekarang tidak
    mungkin menambah jumlah buku dalam Kitab Suci.
    3.2 Kanon: Protokanonika dan Deuterokanonika
    Dari kanon inilah kita mengenal apa yang disebut Protokanoni

PANORAMA KITAB SUCI
Lanjutan

  1. Kanon Kitab Suci
    Dulu sebelum Kitab suci kita menjadi satu kesatuan, ada
    banyak tulisan2 yang beredar. Maka dibutuhkan kanon untuk
    menentukan mana yang termasuk kitab suci.
    3.1 Arti Kata Kanon
    Kata kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti: tongkat.
    Tongkat itu dikemudian hari dipakai untuk mengukur sehingga kata
    kanon kemudian diartikan sebagai ukuran, kaidah, patokan. Bahasa
    Ibrani memakai kata Qane: tongkat, pengukur. Berkaitan dengan Kitab
    Suci, Gereja mengartikan kanon sebagai daftar resmi kitab-kitab yang
    menjadi ukuran, pedoman iman Gereja, yaitu daftar buku-buku yang
    diakui sebagai Kitab Suci dan diterima oleh komunitas beriman sebagai
    Kitab Suci. Dengan kata lain Kanon Kitab Suci berarti daftar dari bukubuku yang diakui sebagai bagian dari Alkitab, yaitu daftar buku-buku
    yang sesuai dengan ukuran/kriteria sebagai Kitab Suci.
    Adapun kriteria suatu buku disebut atau diakui sebagai Kitab Suci
    yakni:
  • Isi buku: harus berisi tentang kesaksian iman akan sabda
    dan karya Allah yang menyelamatkan.
  • Universalitas buku: Sungguh diakui dan dibenarkan oleh
    orang-orang yang percaya.
  • Umur/usia buku: harus sudah dipakai sejak Gereja perdana
    Ketiga kriteria di atas penting, mutlak harus ada. Jika salah
    satu tidak ada, maka suatu buku tidak lulus kriteria sebagai Kitab Suci.
    Artinya, dengan kata lain mau dikatakan bahwa orang sekarang tidak
    mungkin menambah jumlah buku dalam Kitab Suci.
    3.2 Kanon: Protokanonika dan Deuterokanonika
    Dari kanon inilah kita mengenal apa yang disebut Protokanoni

PANORAMA KITAB SUCI
Lanjutan

  1. Kanon Kitab Suci
    Dulu sebelum Kitab suci kita menjadi satu kesatuan, ada
    banyak tulisan2 yang beredar. Maka dibutuhkan kanon untuk
    menentukan mana yang termasuk kitab suci.
    3.1 Arti Kata Kanon
    Kata kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti: tongkat.
    Tongkat itu dikemudian hari dipakai untuk mengukur sehingga kata
    kanon kemudian diartikan sebagai ukuran, kaidah, patokan. Bahasa
    Ibrani memakai kata Qane: tongkat, pengukur. Berkaitan dengan Kitab
    Suci, Gereja mengartikan kanon sebagai daftar resmi kitab-kitab yang
    menjadi ukuran, pedoman iman Gereja, yaitu daftar buku-buku yang
    diakui sebagai Kitab Suci dan diterima oleh komunitas beriman sebagai
    Kitab Suci. Dengan kata lain Kanon Kitab Suci berarti daftar dari bukubuku yang diakui sebagai bagian dari Alkitab, yaitu daftar buku-buku
    yang sesuai dengan ukuran/kriteria sebagai Kitab Suci.
    Adapun kriteria suatu buku disebut atau diakui sebagai Kitab Suci
    yakni:
  • Isi buku: harus berisi tentang kesaksian iman akan sabda
    dan karya Allah yang menyelamatkan.
  • Universalitas buku: Sungguh diakui dan dibenarkan oleh
    orang-orang yang percaya.
  • Umur/usia buku: harus sudah dipakai sejak Gereja perdana
    Ketiga kriteria di atas penting, mutlak harus ada. Jika salah
    satu tidak ada, maka suatu buku tidak lulus kriteria sebagai Kitab Suci.
    Artinya, dengan kata lain mau dikatakan bahwa orang sekarang tidak
    mungkin menambah jumlah buku dalam Kitab Suci.
    3.2 Kanon: Protokanonika dan Deuterokanonika
    Dari kanon inilah kita mengenal apa yang disebut Protokanoni dan Deuterokanonika.
  • ♠ Protokanonika (yang pertama/terdahulu) : Daftar buku-buku
  • yang diakui sebagai bagian dari Kitab Suci yang pertama
  • (Kitab Suci dalam bahasa Ibrani).
  • ♠ Deuterokanonika (yang kedua/kemudian) : Daftar buku-buku
  • yang diakui sebagai bagian dari Kitab Suci yang kedua
  • (terjemahan Kitab Suci dari bahasa Ibrani ke Yunani)
  • Terjemahan Kitab Suci dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani
  • disebut Septuaginta (artinya 70/LXX), karena jumlah yang
  • menterjemahkan Kitab Suci tersebut ada 70 orang. 70 dalam bahasa
  • Yunani adalah Septuaginta.
  • Persoalan: Mengapa orang Katolik menerima Deuterokanonika
  • sementara gereja Protestan tidak menerima?

Dalam Septuaginta (70 orang tersebut), mereka menterjemahkan bukan hanya Kitab Suci yang berbahasa Ibrani tetapi juga tradisi-tradisi (kesaksian-kesaksian orang beriman yang sudah diwariskan turun-temurun), dan tradisi-tradisi tersebut ada yang asli tertulis dalam bahasa Ibrani dan tersebar serta sudah beredar. Ingat bahwa Kitab Suci merupakan warisan iman dari mereka yang bersaksi tentang dan dari Allah. Tradisi-tradisi itu sendiri sudah sesuai dengan kriteria
kanonisasi (isi, universalitas, dan umur). Terjemahan terjadi setelah
Gereja awal/perdana. Maka dalam Septuaginta ada: Protokanonika
(terjemahan asli Kitab Suci berbahasa Ibrani), dan Deuterokanonika
(tambahan-tambahan/yang kemudian). Protestan menolak Deuterokanonika, bukan berarti menolak Septuaginta seluruhnya. Mereka mengakui sebagian dari Septuaginta (yang Protokanonika) dan menolak sebagian dari Septuaginta (yang Deuterokanonika). Mengapa? Ini terjadi karena teologi Protestan:
 Sola Fide : Hanya iman. Mengutamakan iman/pokoknya iman. Yang terpenting adalah iman. Baik dan benar tapi tidak beriman, tidak ada gunanya.
 Sola Gratia : Hanya rahmat. Keselamatan itu bukan karena usaha/perbuatan manusia, tapi sungguh melulu karena rahmat.
 Sola Scriptura : Hanya Kitab Suci. Hanya Kitab Suci sebagai sumber iman. Maka tentu harus hanya Kitab Suci yang sungguh asli. Yang asli menurut mereka adalah Protokanonika, karena deuterokanonika menurut mereka adalah tambahan.

Mengapa Katolik mengakui dan memakai Deuterokanonika?
Ingat akan tradisi-tradisi tadi, jika disebut tradisi-tradisi maka
sudah sesuai dengan tiga/3 kriteria kanonisasi. Karena sudah sesuai
dengan criteria kanonisasi, maka orang Katolik mau meneruskan/melanjutkan dari apa yang sudah dipakai oleh Gereja
Perdana. Supaya lebih jelas, mengapa protestan tidak mengakui
Deuterokanonika sedangkan Katolik mengakui, ada suatu istilah terkait
dengan Kitab Suci Deuterokanonika, yaitu istilah “Apokrif”. Istilah
Apokrif menagndung dua arti:

  1. Arti khusus
    Menurut Protestan : Deuterokanonika adalah tambahan, tidak asli, karena itu “palsu”. Karena Deuterokanonika itu merupakan
    tambahan dan “palsu”, maka jangan dipakai, iman harus didasarkan pada sumber yang asli/otentik.

Menurut Katolik : Apokrif adalah yang tersembunyi (karena dalam Kitab Suci Bahasa Ibrani tidak ada), tetapi ternyata tetap merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani, tetapi bukan Kitab Suci, melainkan tradisi-tradisi. Karena tradisi-tradisi itu telah dipakai oleh Gereja Perdana, maka
diterima dan diakui.

  1. Arti umum menurut Protestan dan Katolik
    Apokrif berarti “palsu”, artinya tidak sesuai dengan criteria
    kanonisasi. Misalnya Injil Barnabas, Injil Thomas, Injil Petrus dan beragam tulisan lain. Bersambung……

Serba-Serbi

Apakah tugas Akolit (misdinar)
Dalam liturgi Gereja, kita mengenal macam-macam pelayan khusus. Ada pelayan yang menjalankan tugasnya berdasarkan tahbisan seperti diakon, imam, uskup, paus. Tetapi ada juga pelayan tak tertahbis. Pelayan tak tertahbis mengemban tugas khusus berdasarkan imamat rajawi yang mereka terima pada saat pembaptisan. Pelayan tak tertahbis itu antara lain pemimpin koor, pembawa bahan persembahan, akolit, dan lektor.

Peran akolit yang mendapat perhatian kita di sini adalah fungsi teknisnya untuk membantu imam ataupun diakon. Walaupun dikatakan bahwa ini fungsi teknis, pelaksanaan fungsi inilah yang merangkum ketiga dimensi dari fungsi seorang akolit. Melalui pelayanannya kepada imam atau diakon, seorang akolit melayani kehadiran Allah dan juga melayani umat dalam memberikan tanggapan terhadap sapaan Allah. Dengan menjalankan sebaik-baiknya tugas pelayanan yang sifatnya teknis itu, ia mengarahkan seluruh perhatian kepada inti misteri yang dirayakan. Seluruh sikap gerak geriknya mesti mengarah pada inti misteri dan menarik perhatian umat ke sana. Fungsi akolit tak terlaksana bila dengan gerak geriknya ia menarik
perhatian umat kepada dirinya atau kepada hal lain. Dalam hal ini
akolit harus memiliki disiplin diri, disiplin hati dan budi, disiplin gerak,
disiplin mata.

Akolit sesuai dengan fungsinya selalu bersama pemimpin liturgi. Ia melayani pemimpin liturgi mulai dari sakristi hingga kembali ke sakristi. Ia melayani pemimpin upacara supaya pemimpin liturgi itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan lancar.

Leave a Reply


5 + 7 =