Keuskupan Agung Palembang mengisi Arah Dasar (Ardas) tahun kedua 2024 dengan Tahun Keluarga dan Komisi Keluarga mengambil tema : Keluarga Kristiani sebagai Gereja Rumah Tangga. Rangkaian tahun keluarga ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi bertepatan pada Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, Minggu 24 November 2024 pukul 07.00 Wib di Gereja Katedral Santa Maria Palembang yang dipimpin oleh Uskup Agung Palembang, Yohanes Harun Yuwono.
Ketua Komisi Keluarga RP. Andreas Nugroho, SCJ dalam kata pengantarnya mengatakan, sebagai Gereja Rumah Tangga harus tetap menyala dan berkobar-kobar dalam hidup berkeluarga dan di komunitas umat beriman. Semoga kita semua sebagai keluarga-keluarga Kristiani diperkenankan untuk ikut serta dalam perjamuan keselamatan serta menghadirkan kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari sehingga kitapun diperkenankan ikut serta dalam perjamuan abadi dalam kerajaanNya di surga.
Sementara itu Uskup Agung Palembang, Yohanes Harun Yuwono dalam homilinya menyampaikan, tak seorang pun dari kita yang tidak berasal dari keluarga, karena itu sungguh bahwa setiap orang yang lahir di dunia ini dilahirkan dalam keluarga tertentu adalah kehendak Allah. Maka memelihara keluarga utuh harmonis, penuh kasih dan bertanggung jawab adalah ambil bagian dalam rencana Allah. Sebaliknya tidak bertanggung jawab atau menghidupi keluarga dengan semena-mena, dengan semaunya sendiri adalah tidak bertanggung jawab terhadap rencana Allah bagi setiap pribadi manusia.
Setiap keluarga dan setiap pribadi dalam keluarga harus punya cita-cita untuk masa depan, harus punya visi, harus merencanakan dengan sangat serius keluarga ini mau dibawa kemana dan anak-anak ini mau dibawa kemana. Masa depan anak-anak ini akan seperti apa, maka setiap keluarga Kristiani, orang tua, Bapak dan Ibu dalam kesatuan untuk berencana bersama agar berusaha sekuat tenaga membawa anak-anak ini tumbuh menjadi anak yang berbakti, berguna membanggakan orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Tanpa memikirkan, mempunyai visi dan cita-cita, tanpa merencanakan tahap demi tahap untuk mencapai cita-cita itu, orang bisa sesukanya, kasih yang dijanjikan di depan altar bisa luntur.
Kalau itu terjadi, keluarga bisa berantakan dan keluarga yang berantakan bukan hanya menyakitkan, bukan hanya tanda sebagai egoisme dari pribadi-pribadi. Bukan hanya sebagai tanda keterpecahan, tetapi akan menyakitkan dan melukai, luka yang paling dalam akan dirasakan oleh anak-anak. Anak-anak akan tumbuh dalam luka itu dan ketika dewasa akan membawa luka tersebut dalam hidupnya untuk juga melukai orang-orang di sekitarnya.
Ketika anak tumbuh terus-menerus dalam kebohongan, dalam kemunafikan, dalam pertengkaran, dalam KDRT, anak akan menganggap semua itu menjadi sesuatu yang wajar di masa dewasa dan hal itu akan dilakukan dengan tanpa perasaan bersalah. Maka setiap orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mewariskan. Iman mewariskan semua nilai luhur kemanusiaan kepada anak-anak, sehingga anak tumbuh menjadi manusia yang manusiawi, keluarga sehat dan masyarakat sehat. Mari terus menerus menjaga keutuhan keluarga dalam kasih yang sehat agar kemanusiaan kita tumbuh menjadi manusia yang manusiawi dan masyarakat kita juga menjadi masyarakat yang sehat.
Bapa Suci menulis surat dalam memasuki tahun Yubelium 2025 agar kita hidup bersama, pengharapan tidak mengecewakan. Mari kita menyandarkan hidup kepada Allah, hidup setiap manusia, siapapun bukan hanya orang Katolik. Hiduplah penuh gairah untuk meraih masa depan, jangan pernah ada seorang pun yang putus asa dalam situasi hidup apapun. Entah karena kelemahan visi, para orang tua, para orang sakit, orang yang sekarang berada dalam ketidakberdayaan karena di penjara, difable, karena apapun. Apalagi untuk orang-orang yang sehat dan yang mempunyai masa hidup yang cerah.
Jangan seorang pun hidup dalam keputus asaan, hidup ini anugerah yang gratis diberikan oleh Allah, karena itu harus dihidupi dengan penuh semangat dan dalam kebersamaan dengan semua orang. Mari kita membangun kesetaraan yang sejati, sehingga dunia ini dalam perjalanan menuju masa depan menjadi lebih baik, kita hidup bersama, bumi ini rumah kita bersama, kita adalah keluarga besar yang seharusnya saling mengasihi dalam hidup persaudaraan sejati, dalam kebenaran Allah sendiri.