KEBERATAN DAN TANGGAPAN TENTANG PERAYAAN
NATAL 25 DESEMBER
Ada banyak orang mempertanyakan, apakah benar Tuhan Yesus
Kristus lahir di dunia tanggal 25 Desember? Sejumlah orang kemudian
membuat banyak teori, yang seolah-olah ingin menunjukkan bahwa hari
raya Natal di tanggal 25 Desember berasal dari kebiasaan kafir. Apakah
benar demikian? Gereja Katolik, setidaknya sejak abad kedua, telah mengklaim bahwa Kristus lahir di tanggal 25 Desember. Meskipun demikian, ada banyak pendapat bahwa Tuhan kita Yesus Kristus tidak lahir pada tanggal itu. Berikut ini adalah tiga macam keberatan yang umum terhadap tanggal tersebut, dan tanggapan atas masing-masing keberatan itu :
Keberatan 1: Tanggal 25 Desember dipilih untuk mengganti festival
pagan Romawi, yang dinamakan Saturnalia. Saturnalia adalah festival
musim dingin yang populer, sehingga Gereja Katolik dengan bijak
menggantikannya dengan perayaan Natal.
Tanggapan atas Keberatan 1: Saturnalia adalah peringatan winter
solstice, yaitu titik terjauh matahari dari garis khatulistiwa bumi. Namun
demikian titik winter solstice jatuh pada tanggal 22 Desember. Memang
benar bahwa perayaan Saturnalia dapat dimulai sejak tanggal 17
Desember sampai 23 Desember. Tetapi dari tanggalnya sendiri, tidak
cocok [tidak ada kaitannya dengan tanggal 25 Desember].
Keberatan 2: Tanggal 25 Desember dipilih untuk menggantikan hari
libur Romawi, Natalis Solis Invicti, yang artinya, “Kelahiran dari Matahari
yang tak Terkalahkan” [atau dikenal sebagai kelahiran dewa matahari]
Tanggapan atas Keberatan 2: Pertama-tama, mari memeriksa
kultus Matahari yang tak Terkalahkan. Kaisar Aurelian memperkenalkan
kultus Sol Invictus atau Matahari yang tak Terkalahkan di Roma tahun 274.
Aurelian mendirikan pergerakan politik dengan kultus ini, sebab namanya
sendiri Aurelian, berasal dari kata Latin aurora, yang artinya “matahari
terbit”. Uang logam koin masa itu menunjukkan bahwa Kaisar Aurelian
menyebut dirinya sendiri sebagai Pontifex Solis atau Pontiff of the Sun
(Imam Agung Matahari). Maka Kaisar Aurelian mendirikan kultus matahari
itu dan mengidentifikasikan namanya dengan dewa matahari, di akhir abad ke-3.
Yang terpenting, tidak ada bukti historis tentang adanya perayaan
Natalis Sol Invictus pada tanggal 25 Desember, sebelum tahun 354. Dalam
sebuah manuskrip yang penting di tahun 354, terdapat tulisan bahwa
tanggal 25 Desember tertulis, “N INVICTI CM XXX.” Di sini N berarti
“nativity/ kelahiran”. INVICTI artinya “Unconquered/ yang tak terkalahkan”. CM artinya, “circenses missus/ games ordered/ permainan yang ditentukan/ diperintahkan.” Angka Romawi XXX sama dengan tiga puluh. Maka tulisan tersebut artinya ialah 30 permainan yang ditentukan untuk kelahiran Yang tak terkalahkan, pada tanggal 25 Desember. Perhatikan bahwa di sini kata “matahari” tidak disebutkan. [Maka bagaimana dapat dipastikan bahwa itu mengacu kepada dewa matahari?]. Selanjutnya, naskah kuno tersebut juga menyebutkan, “natus Christus in Betleem Iudeae/ kelahiran Kristus di Betlehem, Yudea” di tanggal 25 Desember itu. ((The Chronography of AD 354. Part 12: Commemorations of the Martyrs. MGH Chronica Minora I (1892), pp. 71-2.))
Tanggal 25 Desember baru menjadi hari “Kelahiran Matahari yang tak
terkalahkan” sejak pemerintahan kaisar Julian yang murtad.
Kaisar Julian pernah menjadi Kristen, tetapi telah murtad dan kembali ke paganisme Romawi. Sejarah menyatakan bahwa Kaisar Julian itulah yang
menentukan hari libur pagan tanggal 25 Desember… Ini menyatakan apa?
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa “Matahari yang tak terkalahkan”
bukanlah dewa yang popular di kekaisaran Romawi sebab sebenarnya
bukan dewa, tetapi suatu karakter yang dihubungkan dengan kaisar
tertentu. Lagi pula, tradisi perayaan pada tanggal 25 Desember tidak ada
dalam kalender Romawi sampai setelah Roma menjadi negara Kristen.
Kelahiran Sang Matahari yang Tak Terkalahkan adalah sesuatu yang
jarang dikenal dan tidak popular. Perayaan Saturnalia yang disebut di atas
lebih popular. Sepertinya, lebih mungkin bahwa Kaisar Julian yang murtad
itulah yang berusaha untuk memasukkan hari libur pagan, untuk
menggantikan perayaan Kristen.
Tambahan dari Katolisitas:
Maka penghubungan tanggal 25 Desember dengan perayaan agama
pagan, itu sejujurnya adalah hipotesa. Silakan Anda klik di Wikipedia,
bahwa penghormatan kepada dewa Sol Invictus di kerajaan Romawi, itu
dimulai tanggal 274 AD. Maka penghormatan umat Kristen kepada Kristus,
Sang Terang Dunia (Yoh 9:5), itu sudah ada lebih dulu dari pada
penghormatan kepada dewa Sol Invictus/ dewa matahari kerajaan
Romawi. Nyatanya memang ada sejumlah orang yang menghubungkan
peringatan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember dengan perayaan
dewa Sol Invictus itu. Sumber Wikipedia itu sendiri (Link: https://en.wikipedia.org/wiki/Sol_Invictus#Sol_Invictus_and_Christian
ity_and_Judaism)) menyatakan bahwa hipotesa ini secara serius layak
dipertanyakan. Bukti prasasti di zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa
perayaan dewa Sol itu jatuh tanggal 19 Desember. Prasasti tersebut juga
menyebutkan persembahan kepada dewa Sol itu dilakukan di tanggal 18
November. (Wallraff 2001: 174–177).
Bukti ini sendiri menunjukkan adanya variasi tanggal perayaan dewa Sol, dan juga bahwa perayaannya tersebut baru marak dilakukan di abad ke-4 dan 5, jauh setelah zaman Kristus dan para Rasul. Dengan demikian, pandangan yang lebih logis adalah bahwa para kaisar itu yang mengadopsi” perayaan Natal 25 Desember sebagai perayaan dewa matahari-nya mereka, daripada kita umat Kristen yang mengadopsinya dari mereka.
Keberatan 3: Kristus tidak mungkin lahir di bulan Desember sebab
St. Lukas menjabarkan bahwa para gembala menggembalakan dombadomba di padang Betlehem. Gembala tidak menggembalakan pada saat musim dingin. Maka Kristus tidak mungkin lahir di musim dingin.
Tanggapan terhadap Keberatan 3: Palestina bukan Inggris atau Rusia atau Alaska. Betlehem terletak di lintang 31.7 dari garis khatulistiwa, lebih dekat sedikit ke khatulistiwa dari pada kota Dallas, Texas di Amerika, 32.8 Adalah masih nyaman untuk berada di luar di bulan Desember di Dallas, maka demikian juga dengan di Betlehem. Sebab di Italia, yang terletak di garis lintang yang lebih tinggi dari Betlehem, seseorang masih dapat menggembalakan domba di akhir bulan Desember.
Serba-serbi Santa Maria, Bunda Allah (Hari Raya Santa Perawan Maria
Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah mengingatkan kita akan bidaah (ajaran sesat) tentang Kebundaan Illahi Maria, yang muncul
pada abad ke 5. Pokok ajaran bidaah ini ialah bahwa Maria memang
Bunda Yesus, tetapi bukan Bunda Allah. Dalam Konsili Efesus pada tahun 431, ajaran sesat ini dikutuk. Konsili tetap dengan teguh mempertahankan ajaran yang benar, yaitu : bahwa Maria adalah Bunda Allah (Theotokos), karena Yesus Anakanya adalah sungguh-sungguh Allah. Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah ditetapkan oleh Paus Pius XI pada hari ulang tahun ke-1500 Konsili Efesus tersebut. Pada kesempatan ini, ada baiknya kita merenungkan makna nubuat nabi Yesaya: “Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia, Imanuel” (Yes 7:14), dan makna salam Elisabeth kepada Maria yang mengunjunginya: “Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini, sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk 1:42-43).
Merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah juga berarti bahwa kita mengakui Yesus sebagai “sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh Manusia”. Kemulian Maria sebagai Bunda Allah adalah cermin kemulian Anaknya, yaitu Yesus, Tuhan dan Penebus umat manusia.