Yubilium Menjadi Momen Perjumpaan Pribadi Yang Sejati Dengan Tuhan Yesus

January 2, 2025
Yubilium Menjadi Momen Perjumpaan Pribadi Yang Sejati Dengan Tuhan Yesus

Keuskupan Agung Palembang mengawali tahun 2025 Tahun Belas Kasih Tuhan dan Tahun Yubelium mengadakan Misa Perdamaian sekaligus Pembukaan Tahun Yubelium, Rabu 1 Januari 2025 pukul 17.00 Wib di Gereja Katedral Santa Maria yang dipimpin oleh Uskup Agung Palembang Yohanes Harun Yuwono.

Perayaan Ekaristi diawali dengan doa tahun Yubelium oleh RD. Paulus Kristanto dilanjutkan dengan kata pengantar oleh RD. Agustinus Giman (Ketua Kateketik, Liturgi dan Kitab Suci Keuskupan Agung Palembang). Melalui pengantarnya Romo Giman mengatakan harapan juga merupakan pesan utama dari Yubilium mendatang yang sesuai dengan tradisi kuno, diproklamirkan oleh Paus setiap 25 tahun. Pikiran saya tertuju pada semua peziarah pengharapan yang akan melakukan perjalanan ke Roma untuk menikmati tahun suci dan semua orang lainnya, yang meskipun tidak dapat mengunjungi kota Rasul Petrus dan Paulus, akan merayakannya di Gereja lokal mereka. 

Bagi semua orang, semoga Yubilium ini menjadi momen perjumpaan pribadi yang sejati dengan Tuhan Yesus, pintu keselamatan kita, yang selalu diwartakan oleh Gereja di mana saja dan kepada semua orang sebagai pengharapan kita.  Semua orang tahu apa artinya berharap dalam hati setiap orang, harapan bersemayam sebagai keinginan dan harapan akan hal-hal baik yang akan datang, meskipun kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Meski demikian, ketidakpastian mengenai masa depan kadang-kadang dapat menimbulkan perasaan yang saling bertentangan. Mulai dari rasa percaya diri hingga kekhawatiran, dari ketenangan hingga kecemasan, dari keyakinan yang kuat hingga kebimbangan dan keraguan. Seringkali kita menjumpai orang-orang yang putus asa, pesimis dan sinis terhadap masa depan, seolah-olah tidak ada yang bisa membawa kebahagiaan bagi mereka. 

Bagi kita semua, semoga tahun Yubilium ini menjadi kesempatan untuk memperbaharui harapan, firman Tuhan membantu kita menemukan alasan atas harapan tersebut dengan menjadikannya sebagai panduan kita. Marilah kita kembali ke pesan yang ingin disampaikan Rasul Paulus kepada umat Kristiani di Roma, pengharapan lahir dari cinta dan didasarkan pada cinta yang memancar dari hati Yesus yang tertikam di kayu salib. Sebab jikalau kita ketika masih seteru diperdamaikan dengan alam oleh kematian anaknya, lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan pasti akan diselamatkan oleh hidupnya.

Kehidupan itu terwujud dalam kehidupan iman kita yang dimulai dengan pembaptisan, berkembang dalam keterbukaan terhadap rahmat Allah, dan didukung oleh harapan yang terus diperbaharui dan diteguhkan oleh karya Roh Kudus. Melalui kehadirannya yang abadi dalam kehidupan Gereja peziarah, roh kudus menerangi semua orang beriman dengan cahaya pengharapan. Dia menjaga terang itu tetap bersinar seperti pelita yang terus menyala untuk menopang dan menguatkan kehidupan kita.

Pengharapan Kristiani tidak menipu atau mengecewakan karena didasarkan pada kepastian bahwa tidak ada sesuatu pun atau seorang pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Semoga kita tertarik pada harapan ini dan melalui kesaksian kami, semoga harapan menyebar kepada semua orang yang dengan penuh harap mencarinya. Semoga cara kita menjalani hidup menyampaikan kepada mereka dengan banyak kata harapan pada Tuhan, pegang teguh, tegar dan berharap pada Tuhan. Semoga kekuatan pengharapan mengisi hari-hari saat kita menantikan dengan penuh keyakinan kedatangan Tuhan Yesus Kristus.

Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan perarakan pelayan liturgi dan para imam menuju Porta Sancta (pintu suci) Gereja Katedral Santa Maria Palembang. Upacara pembukaan pintu suci oleh Mgr. Yohanes Harun Yuwono diawali dengan doa dan penghormatan salib Yubelium, sesudah membuka pintu suci Mgr. Yohanes Harun Yuwono memberkati air dan memerciki umat dengan air suci sebagai pengingat akan baptisan yang sudah diterima.

Dalam homilinya Mgr. Yuwono menyampaikan pesan Bapa Suci adalah untuk merayakan Tahun Yubelium 2025 dan memanjakannya dengan tema komunitas basis yang menjadi ardas Keuskupan kita tahun ini. Saya mengajak kita semua untuk berjalan bersama semua orang mengharapkan masa depan yang lebih baik. Kita tahu bahwa Gereja universal tahun 2025 ini menjalankan Tahun Yubelium yang sudah dibuka oleh Bapa Suci tanggal 24 Desember yang lalu dan akan ditutup pada 6 Januari 2026. Gereja-Gereja partikular, Gereja-Gereja setempat diharapkan sudah membuka Tahun ini, Tahun Yubilium ini pada tanggal 29 Desember yang lalu. 

Kita membuka hari ini memadukan dengan Misa Perdamaian yang menjadi kebiasaan kita setiap tahun. Tema Tahun Yubilium 2025 adalah Space Non Confunded, pengharapan tidak mengecewakan.  Tahun ini Keuskupan kita berada dalam Tahun Ardas Ketiga Komunitas Basis Gerejawi (KBG) yang memungkinkan kita berpartisipasi aktif dalam hidup menggereja maupun bermasyarakat, tidak seorang pun boleh bersembunyi, terasing maupun diasingkan. Semua orang yang dibaptis, dengan karisma dan pelayanannya masing-masing, mempunyai tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa berbagai tanda pengharapan memberikan kesaksian  kehadiran Allah di dunia. 

Marilah kita bersama semua orang yang adalah saudara dan saudari kita berjalan bersama sambil berharap serta mengupayakan masa depan yang lebih baik untuk kita bersama. Bapa Suci menyemangati semua orang agar menghidupi pengharapan, sebab pengharapan tidak mengecewakan. Harapan juga merupakan pesan utama dari Yubilium tahun ini dan beliau mengatakan, pikiran saya tertuju pada semua peziarah yang akan datang ke Roma, tetapi juga kepada mereka yang tidak dapat berziarah ke Roma, semoga semua orang menikmati tahun rahmat ini dan tak seorang pun akan merasa ditinggalkan. Bapa Suci berharap tak seorang pun boleh kehilangan semangat hidup dan menjadi putus asa. 

Semua orang, siapapun, dalam situasi apapun, baik sehat maupun sakit, orang tahanan atau orang bebas merdeka, orang miskin maupun orang kaya, imigran maupun penduduk lokal, baik kaum muda maupun generasi senior, tidak boleh takut akan masa depan, semua orang, hendaklah hidup penuh pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Bahkan kita tidak boleh takut di depan kematian, karena Yesus Kristus penebus kita telah mengalahkan kematian. Dia telah menjadi jaminan keselamatan kekal kita.  Pengharapan bersama dengan iman dan kasih merupakan tiga bagian yang menyatu dan disebut keutamaan teologis yang mengungkapkan inti kehidupan iman kristiani. Dalam kesatuannya yang tak terpisahkan, pengharapan adalah keutamaan yang bisa dikatakan memberikan arah dan tujuan batin bagi kehidupan orang beriman. 

Rasul Paulus mendorong kita untuk bersuka cita dalam pengharapan, bersabar dalam penderitaan, dan bertekun dalam doa sehingga kita dapat memberikan kesaksian yang dapat dipercaya dan menarik tentang iman dan kasih yang berdiam di dalam hati kita. Agar iman kita bergembira dan amal kita bersemangat dan agar kita masing-masing dapat memberikan senyuman, sikap persahabatan kepada yang kecil, pandangan yang ramah, telinga yang siap mendengarkan perbuatan baik dengan mengetahui bahwa dalam roh Yesus hal-hal ini dapat terjadi. Pengharapan Kristiani menemukan dasar yang penting dalam kata-kata karena harapan adalah keutamaan teologis yang kita inginkan. Kehidupan kekal sebagai kebahagiaan kita. 

Konsili Fatikan II menyatakan tentang harapan, bahwa bila tidak ada dasar ilahi dan harapan akan hidup kekal, martabat manusia menanggung luka-luka amat berat. Lagi pula teka-teki kehidupan dan kematian, kesalahan maupun penderitaan tidak akan terpecahkan. Sehingga tidak jarang orang-orang terjermus ke dalam rasa putus asa. Namun berdasarkan pengharapan yang menyelamatkan kita, kita dapat memandang berlalunya waktu dengan kepastian bahwa sejarah umat manusia dan sejarah pribadi kita tidak akan menemui jalan buntu atau jurang yang gelap. Melainkan diarahkan pada perjumpaan dengan Tuhan yang mulia oleh karena itu, kita menjalani hidup kita dengan pengharapan akan kedatangannya kembali dan pengharapan untuk hidup kekal di dalam Dia. Dalam semangat ini, kita menjadikan doa sepenuh hati dari Jemaat Kristen Perdana yang diakhiri dengan “Datanglah Ya Tuhan Yesus”. 

Tahun Yubelium dan Indulgensi Tahun Yubelium dengan tema pengharapan ini diikuti dengan seruan kuat agar dilakukan pertobatan dan pengakuan dosa yang dibarengi dengan tawaran indulgensi. Bapa Suci mengatakan Sakramen Tobat meyakinkan kita bahwa Allah menghapuskan dosa-dosa kita dan kita merasakan kata-kata pemazmur yang penuh kuasa dan menghibur.  Sakramen rekonsiliasi bukan hanya merupakan anugerah rohani yang luar biasa untuk kita namun juga merupakan sebuah langkah yang menentukan, penting dan sangat diperlukan dalam perjalanan iman kita.  Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengenal Tuhan selain membiarkan Dia mendamaikan kita dengan diriNya, serta menikmati pengampunanNya.

Janganlah kita mengabaikan pengakuan dosa, tetapi temukanlah kembali keindahan sakramen penyembuhan dan sukacita ini, keindahan pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita. Bagi mereka yang sungguh bertobat dan melakukan pendamaian dengan Allah melalui sakramen pengampunan, Gereja memberikan idulgensi penuh melalui indulgensi kita mengetahui kemurahan Tuhan yang tidak ada batasnya. Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni dan dapat diperoleh melalui doa yang berkanjang, artinya dengan tekun dan penuh iman, penuh semangat terus-menerus tanpa putus dalam waktu tertentu, dan juga melalui sejumlah amal kasih dan olah tapa kesalahan.

Indulgensi dapat diperuntukkan bagi orang hidup dan orang mati, bagi diri sendiri maupun bagi orang lain yang didoakan dan dapat juga diterima dengan mengadakan ziarah keempat Basilika Kepausan di Roma atau ziarah ke pintu suci setiap Gereja Katedral/Gereja/tempat ziarah yang ditentukan oleh Uskup Diosesan.  Di Keuskupan kita ditentukan : pintu utama Katedral Santa Maria, lalu pintu Via Crucis, lalu pintu Gereja utama di Dekanat masing-masing, ada lima dekanat kita, maka ada lima pintu suci untuk dapat dimasuki di setiap Keuskupan kita di Dekanat-Dekanat. 

Ziarah itu tentu harus disertai dengan pemenuhan persyaratan lain, yakni penerimaan sakramen tobat dan sakramen ekaristi, mengucapkan pengakuan iman, mengucapkan doa bagi Bapa Suci dan bagi intensi Bapa Suci untuk kebaikan gereja dan dunia.  Bagi mereka yang tidak bisa berziarah ke pintu suci, entah karena sakit atau karena alasan lain, dapat menerima indulgensi jika dengan gembira hidup dalam iman dan harapan, menerima komuni atau merayakan ekaristi atau berdoa secara pribadi maupun bersama melalui berbagai sarana dan indulgensi juga diberikan kepada mereka yang telah meninggal dunia. 

Penyucian ini membebaskan dari siksa dosa sementara, bentuk siksa ini tidak boleh dipandang sebagai dendam yang Allah kenakan dari luar, tetapi sesuatu yang muncul dari kodrat dosa itu sendiri. Satu pertobatan yang lahir dari cinta yang bernyala-nyala dapat mengakibatkan penyucian pendosa secara menyeluruh, sehingga tidak ada siksa dosa lagi yang harus dipikul. Paus menghendaki agar pada tahun suci ini, kemurahan hati Allah melalui indulgensi dirasakan oleh sebanyak mungkin umat katolik. 

Tahun Yubelium dan KBG sebagai tema Ardas Keusukupan kita dan dalam surat gembala, saya mengatakan KBG disebut sebagai cara baru menggereja, cara baru yang berbeda dengan cara lama. Cara lama tentu Gereja yang pasif, yang Pastor sentris, Gereja yang tidak mandiri, Gereja yang menjadi penonton dan Gereja yang berdiam diri. Sedangkan cara menggereja yang baru adalah cara mengungkapkan iman yang dinamis, di mana umat Allah sebagai komunitas umat beriman terlibat dalam suka-duka perjalanan hidup gereja dan masyarakatnya. Pada tataran rohani, moral, spiritual, KBG dapat mendorong umat untuk mengadakan doa bersama secara rutin. Melakukan sharing injil, sharing iman sehingga menjaga dan meneguhkan, dan bersama saling mengingatkan untuk hidup benar, adil dan jujur sebagai saksi-saksi Kristus.

Sedangkan pada tataran sosial dan ekonomi, KBG membuat umat satu sama lain saling mengenal hidup rukun kompak tidak ada orang yang menjadi asing bagi yang lain, tidak ada yang bersembunyi dan lupakan tanggung jawabnya, merasa sehati seperasaan, peduli senasib sepenanggungan dan saling tolong menolong. Dua dimensi itu tidak bisa dibisahkan, dan kedua dimensi itu harus seiring sejalan dijalankan bersama. Bapa Suci mengharapkan kita tidak melupakan orang-orang malang, korban perang, para pengungsi, para migran, orang-orang sakit dan paralansia, orang-orang miskin, pengemis dan berkekurangan, para penganggur, para tunakarya dan tunawisma, orang-orang cacat dan lain-lain.

Sambil mengingat sabda dalam penghakiman terakhir, bahwa bantuan sekecil apapun kepada mereka adalah seperti dilakukan kepada Tuhan sendiri. Bersama dengan anggota komunitas kita bisa mengunjungi, menghibur, menolong mereka yang miskin, yang susah, sepuh dan kurang beruntung dalam kehidupan kita. Di tahun Yubilium ini, beranikah kita menurut tradisi Israel menghapuskan hutang atau mengembalikan tanah kepada pemilik aslinya, seperti dahulu dilakukan oleh orang-orang Israel setiap 50 tahun sekali. Sekali lagi Gereja mengadakan tahun Jubilium setiap 25 tahun sekali dan sekarang kita pasti berpikir bagaimana mungkin orang berhutang dan kemudian harus dihabuskan. Tetapi barangkali kalau hati kita terbuka pada belas kasihan yang menjadi spirit tahun Yubilium ini, kita bisa melakukannya kalau tidak 100%, 75%, 50%, 25%, atau 10% atau 5%. 

Penghapusan hutang seperti itu akan sangat membantu orang-orang kecil yang tak berdaya, yang terbelit hutang sehingga terus-menerus menjadi miskin.  Hutang yang kita harapkan dapat dihapuskan adalah dari para tuan yang kaya, para pengusaha, kepada para pegawainya yang barangkali meminjam untuk membangun rumah, meminjam untuk menyekolahkan anak yang bertahun-tahun tak mungkin bisa dikembalikan karena hidup sehari-hari pun sudah susah. Para tuan,  para pengusaha barangkali dapat menghapuskannya kalau tidak seratus persen, mungkin lima puluh, dua puluh, sepuluh, atau lima persen itu pasti akan sangat berarti untuk orang-orang yang terbelit hutang dan sulit mengembalikan. 

Tuhan adalah kasih dalam kodratnya yang adalah kasih, Tuhan telah mengasih kita lebih dahulu dalam Kristus, dia mengasihi kita sampai sehabis-habisnya dengan memberikan dirinya sendiri sebagai makanan dan minuman kita. Dalam kasihnya, Tuhan rela mengorbankan dirinya untuk keselamatan kita. Allah bahkan mengangkat kita menjadi anak-anaknya, sebagai anak-anaknya, kita adalah keluarganya dan kita mempunyai martabat yang setara, yang sederajat. Penghapusan hutang mengajak kita untuk memperlakukan orang lain semartabat, sederajat, sebagai anak-anak Allah.

Marilah dengan penuh syukur kita menghidupi semangat hidup Allah itu dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita dengan tulus ikhlas dan sebulat hati. Marilah berbela rasa kepada siapapun yang sangat membutuhkan simpati kita, semoga dengan  berjalan bersama semua orang, terciptalah dunia baru, dunia penuh perdamaian dan keadilan, penuh keharmonisan serta persaudaraan sejati dengan alam dan dengan sesama kita.

Seusai mengikuti Misa Perdamaian dan Pembukaan Tahun Yubelium umat diajak untuk menikmati makanan ringan yang sudah disiapkan dan ramah tamah bersama di halaman Gereja Katedral Santa Maria Palembang.

Leave a Reply


7 + 2 =