Gereja Katolik Santo Petrus Memilik Menara Lonceng

October 28, 2025
Gereja Katolik Santo Petrus Memilik Menara Lonceng

Penantian panjang kurang lebih 22 tahun bagi umat Paroki Santo Petrus Palembang untuk memiliki menara lonceng. sejak dirancang pembangunan Gereja Katolik Santo Petrus Palembang yang diresmikan oleh Mgr. Aloysius Sudarso pada tanggal 23 Februari 2003, akhirnya menara lonceng berhasil dibangun, diresmikan dan diberkati oleh RD. Yohanes Kristianto, Vikaris Jendral Keuskupan Agung Palembang, ditandai dengan membunyikan lonceng, Minggu 26 Oktober 2025.

Gereja Katolik Santo Petrus Palembang yang terletak di Jl. Betawi Raya dalam tiga tahun terakhir ini melaksanakan renovasi  pengerjaan bagian luar dengan pengecatan ulang, lalu penggantian lantai dengan granit serta renovasi bagian altar dan panti imam. Sementara untuk  proses pembangunan menara lonceng  baru bisa dilaksanakan tahun ini yang dimulai tanggal 2 Agustus 2025 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono.

Romo Gregorius Wahyu Wurdiyanto, SCJ sebagai Pastor Paroki mengatakan, sejak awal Bapa Uskup berharap agar pembangunan menara lonceng selesai pada saat Paroki Santo Petrus Palembang menjadi tuan rumah pelaksanaan Peringatan Hari Pangan Sedunia 2025. Keberadaan menara lonceng ini melengkapi kehadiran gedung gereja yang sudah ada dan juga  dimaksudkan untuk menyatakan kehadiran dan keberadaan umat Katolik di lingkungan masyarakat sekitarnya.

Secara tradisi Gereja Katolik, kehadiran menara lonceng untuk menandai waktu-waktu khusus untuk Doa Angelus pada pukul 06.00 pagi, 12.00 siang dan 18.00 sore. Juga untuk memberitahu adanya peristiwa-peristiwa iman yang terjadi, misalnya : kabar dukacita saat ada salah satu anggota umat beriman dipanggil Tuhan. Dalam liturgi meriah, lonceng gereja juga dibunyikan di saat umat mendaraskan atau menyanyikan lagu kemuliaan.

Romo Wahyu yang mulai bertugas 1 Oktober 2023 dan sebelumnya bertugas di Santo Gregorius Agung Jambi menyampaikan kesan dan pesan yang dikutip dari  renungan yang disampaikan  Mgr. Yohanes Harun Yuwono saat peletakan batu pertama, bahwa kehadiran menara lonceng bukan untuk gagah-gagahan dan bukan untuk kesombongan. Tetapi untuk menandakan iman yang semakin bertumbuh dan berkembang. Semakin rendah hati dalam mewujudkan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan umat beriman dan masyarakat.

Leave a Reply


8 + 4 =