Ruang Katekese

October 14, 2024
Ruang Katekese

DOGMA BUNDA MARIA

Keempat Dogma tentang Bunda Maria
Pribadi Bunda Maria dalam ajaran iman Katolik memiliki tempat yang istimewa. Namun, keistimewaan itu tidak bisa dipisahkan dari hubungannya dengan Yesus Kristus. Begitu juga dengan keempat
dogma Maria Bunda Allah, Maria tetap Perawa, Maria dikandung tanpa
dosa, dan Maria diangkat dalam kemuliaan surga; hanya dapat
dipahami dalam pendekatan Mariologi Kristotipical dan Mariologi
Ecclesiotipical. Yaitu Maria dalam hubungannya dengan Yesus Kristus
dan Maria dalam hubungannya dengan Gereja. Kedua hal itu juga
sekaligus menjadi latar belakang munculnya keempat dogma Maria.
Sedangkan dalam merumuskan keempat dogma itu, Gereja memakai
dua sumber data, yaitu obyektif dan subyektif. Dari keempat dogma itu,
Maria Bunda Allah dan Maria tetap Perawan adalah berasal dari data
obyektif artinya langsung dari wahyu Kitab Suci PB. Sedangkan Maria
dikandung tanpa dosa, dan Maria diangkat dalam kemuliaan surgawi
adalah berasal dari data subyektif artinya dari iman Maria dan keyakinan iman Gereja (refleksi iman). Namun demikian, pertentangan dengan berbagai pola pemikiran para tokoh sejarah juga turut mewarnai perumusan definitif keempat dogma tersebut.

a. Maria Bunda Allah (Theotokos). Dogma ini mau menegaskan bahwa Maria mengandung Yesus Kristus yang sungguh-sungguh Allah. Karena Maria sebagai bunda Yesus, maka ia juga sekaligus Bunda Allah. Konsili Nicea (325) menegaskan bahwa Maria tidak melahirkan manusia biasa, begitu juga kodrat sabda dan keilahian tidak dari Maria. Sabda tidak kehilangan hakekatnya karena hanya menerima daging. Meskipun tanpa proses kelahiran seperti itu (melalui Maria), Yesus tetap Allah oleh karena
peristiwa hidup dan salib (Kristologi ke Mariologi).

b. Maria Tetap Perawan. Dogma Maria tetap perawan bersumber dari Matius 1:18-25. Ungkapan bahwa Maria itu tetap perawan dijelaskan dalam tiga kategori: Pertama, ante partum artinya Maria mengandung dari Roh
Kudus. Kedua, in partum artinya rahim Maria tetap utuh ketika Yesus
lahir daripadanya. Ketiga, post partum artinya Maria tidak pernah
bersetubuh sehingga juga tidak ada saudara-saudara sekandung
Yesus. Sedari awal Maria berjanji untuk tetap perawan dan menjadi ibu
Yesus. Keperawanan Maria sebagai konsekuensi keperawanan awal. Berkaitan dengan dogma ini, Allah membiarkan proses alami (melahirkan) dialami karena keperawanan bukan syarat utama kelahiran Yesus. Keperawanan Maria tidak menyatakan apapun tentang Maria tetapi tentang Yesus. Sebab, dalam dogma ini yang menjadi fokus utama adalah tentang Yesus. Misterisitas Yesus tampak dalam peristiwa Salib.

c. Maria Dikandung Tanpa Dosa Asal. Dogma Maria dikandung tanpa dosa asal mau mengatakan bahwa sebagai manusia, Maria tetap mempunyai dosa asal (pecato originale) yaitu terbuka pada ketiadaan rahmat pengudus. Dengan kata lain, secara manusiawi Maria bisa berdosa. Jika Maria tidak berdosa asal maka ia bukan manusia lagi. Tetapi, meskipun berdosa asal,
Maria tidak tercemar atau terinfeksi. Maria terlindung dari dosa karena
ia terbuka pada rahmat Allah sehingga concupisentia juga tidak berpengaruh bagi Maria. Maria dikecualikan dari realitas umum yang
dialami manusia, karena sedari awal ia berkembang pada ketaatan
kasih Allah dan menjalin relasi kesetiakawanan dengan Anaknya.

d. Maria Diangkat dalam Kemuliaan Surgawi (Maria Assumpta)
Dasar dogma Maria Assumpta tidak terletak pada data atau
kenyataan historis-empiris, melainkan didasarkan atas pertimbangan
teologis. Pertama, pantaslah Maria diikutsertakan dalam kemuliaan
Putranya. Yesus Kristus naik ke surga dengan jiwa dan badan, maka
pantaslah Maria juga diangkat dengan cara mirip dengan Kristus.
Kedua, dalam hidup ini Maria diikutsertakan sepenuhnya dalam karya
penyelamatan Yesus Kristus. Jadi pantaslah Maria disertakan dalam
kebangkitan, juga sebelum hari akhirat. Dari dua butir pertimbangan
teologis yang mendasari dogma tersebut, Gereja hanya mau mengajarkan keyakinan imannya tentang Maria, bahwa Maria telah mencapai kemuliaan dan kebahagiaan menyeluruh (jiwa dan badan) sebagai penggenapan Allah atas janji-Nya. Keikut sertaan Maria dalam karya keselamatan (poin 2 di atas) juga ingin menegaskan bahwa Maria adalah rekan penebus (Coredemtrix). Letak rekan penebusan itu tampak dalam partisipasi Maria sebagai lambang Israel baru yang menuntun manusia (Israel lama) ke keselamatan (lih. Yoh. 2:1-11; 19: 25-29; bdk. LG 56). Maria
juga disebut sebagai mediatrix omnium gratiarum (pengantara segala
rahmat).

Leave a Reply


8 + 3 =