5 HAL PENTING TENTANG SEJARAH MASA ADVEN
Dirayakan sejak abad keempat
Masa Adven diduga mulai dirayakan umat Kristiani sejak abad keempat.
Bermula dari Perancis, masa Adven menjadi masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani (Hari Raya Tiga Majus) dengan penekanan pada doa dan puasa selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari Tahun 380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol, menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan mulai 11 November (pesta St Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Seiring waktu, hal ini menyebar ke Inggris. Di Roma, masa Adven belum ada hingga abad keenam.Dari 5 hari Minggu menjadi 4 hari Minggu.
Paus St Gelasius I (wafat tahun 496) yang pertama menerapkan Liturgi
Adven selama 5 hari Minggu. Ini seperti dalam Buku Doa Misa Gelasian.
Tahun 590, sinode di Macon, Gaul, menetapkan masa pertobatan dan
persiapan kedatangan Kristus, Adven. Paus St Gregorius Agung (590-604)
menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Paus St Gregorius VII (1073-1085) mengubah jumlah hari Minggu dalam masa Adven menjadi empat hari Minggu. Sampai sekarang, masa Adven
dimulai dari hari Minggu terdekat dengan tanggal 30 November (Hari Raya St Andreas). Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan liturgi Gereja.
Lingkaran Adven
Lingkaran Adven atau Adven wreath biasanya dibuat dari daun-daun segar berwarna hijau dengan empat lilin. Ini diadaptasi dari kebiasaan orang Jerman sebelum Kekristenan berkembang. Orang Jerman menggunakan lingkaran daun yang di atasnya dipasang lilin untuk memberikan pengharapan bahwa musim dingin yang gelap akan lewat. Di abad pertengahan, umat Kristiani mengadaptasi kebiasaan itu dengan makna baru yakni menantikan kedatangan Yesus Kristus. Mengapa berbentuk lingkaran? Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan akhir. Ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.
Lilin Adven
Lilin Adven yang dipasang di lingkaran Adven ada empat, tiga lilin
berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Lilin-lilin itu
melambangkan keempat minggu dalam masa Adven. Setiap minggu,
sebatang lilin Adven dinyalakan. Lilin ungu melambangkan pertobatan. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete” (dalam bahasa Latin berarti sukacita). Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu). Pada Hari Natal, keempat lilin digantikan dengan lilin-lilin putih.
Setiap Minggu memiliki arti khusus
Setiap Minggu dalam masa Adven, umat Kristiani diajak untuk merenung dengan tema dan ujub tertentu. Minggu Adven I ditandai dengan sebatang lilin ungu yang berarti harapan. Umat menantikan Yesus Kristus dengan penuh harapan dan sukacita. Lilin pertama ini disebut Lilin Nabi yang mengingatkan bahwa para nabi mewartakan kedatangan Yesus sebagai Mesias.
Minggu Adven III memiliki arti sukacita yang ditandai denan dua lilin ungu dan satu lilin merah jambu. Kita bersukacita untuk menyambut kelahiran Yesus. Lilin ketiga disebut Lilin Gembala karena kabar sukacita kelahiran Yesus pertama kali diberitahukan kepada orang-orang yang rendah hati dan tulus. Minggu Adven IV ditandai dengan tiga lilin ungu dan satu lilin merah muda. Minggu keempat memiliki arti perdamaian. Lilin keempat disebut Lilin Para Malaikat yang melambangkan kebahagiaan dan sukacita menyambutkedatangan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat. Kita menyambut dan memuliakan Dia, sang Raja Damai kita. (Sumber: katolikku.com).
Serba-serbi
SEJAK KAPAN GEREJA disebut GEREJA KATOLIK
Istilah ‘katolik‘ merupakan istilah yang sudah ada sejak abad awal, yaitu sejak zaman Santo Polycarpus (murid Rasul Yohanes) untuk
menggambarkan iman Kristiani, bahkan pada jaman para rasul,
sebagaimana dicatat dalam Kitab Suci. Kis 9:31 menuliskan asal mula kata
Gereja Katolik (katholikos) yang berasal dari kata “Ekklesia Katha Holos“.
Ayatnya berbunyi, “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea,
Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun
dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar
oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” (Kis 9:31).
Di sini kata “Katha holos atau katholikos; dalam bahasa Indonesia adalah jemaat/umat Seluruh/ Universal atau Gereja Katolik, sehingga kalau ingin
diterjemahkan secara konsisten, maka Kis 9:31, bunyinya adalah, “Selama
beberapa waktu Gereja Katolik di Yudea, Galilea, dan Samaria berada
dalam keadaan damai. Gereja itu dibangun dan hidup dalam takut akan
Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan
penghiburan Roh Kudus.”Namun nama ‘Gereja Katolik’ baru resmi
digunakan pada awal abad ke-2 (tahun 107), ketika Santo Ignatius dari
Antiokhia menjelaskan dalam suratnya kepada jemaat di Smyrna 8, untuk
menyatakan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja satu-satunya yang
didirikan Yesus Kristus, untuk membedakannya dari para heretik pada saat
itu -yang juga mengaku sebagai jemaat Kristen- yang menolak bahwa
Yesus adalah Allah yang sungguh-sungguh menjelma menjadi manusia.
Ajaran sesat itu adalah heresi/ bidaah Docetisme dan Gnosticisme.
Dengan surat tersebut, St. Ignatius mengajarkan tentang hirarki Gereja,
imam, dan Ekaristi yang bertujuan untuk menunjukkan kesatuan Gereja
dan kesetiaan Gereja kepada ajaran yang diajarkan oleh Kristus. Demikian
penggalan kalimatnya, “…Di mana uskup berada, maka di sana pula umat
berada, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, maka di sana juga ada
Gereja Katolik….”. Sejak saat itu Gereja Katolik memiliki arti yang kurang
lebih sama dengan yang kita ketahui sekarang, bahwa Gereja Katolik
adalah Gereja universal di bawah pimpinan para uskup yang mengajarkan
doktrin yang lengkap, sesuai dengan yang diajarkan Kristus. Kata ‘Katolik’ sendiri berasal dari bahasa Yunani, katholikos, yang artinya “keseluruhan/ universal“; atau “lengkap“.
Jadi dalam hal ini kata katolik mempunyai dua arti, yaitu bahwa: 1) Gereja yang didirikan Yesus ini bukan hanya milik suku tertentu atau kelompok eksklusif yang terbatas; melainkan mencakup ‘keseluruhan‘ keluarga Tuhan yang ada di ‘seluruh dunia’, yang merangkul semua, dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa (Why 7:9). 2) Kata ‘katolik’ juga berarti bahwa Gereja tidak dapat memilih-milih doktrin yang tertentu asal cocok sesuai dengan selera/pendapat pribadi, tetapi harus doktrin yang setia kepada ‘seluruh‘ kebenaran. Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul adalah untuk menjadi pengajar yang ‘katolik’ artinya yang “meneruskan firman-Nya (Allah) dengan sepenuhnya…. tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (Kol 1:25, 28). Maka, Gereja Kristus disebut sebagai katolik (= universal) sebab ia dikurniakan kepada segala bangsa, oleh karena Allah Bapa adalah Pencipta segala bangsa.
Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan amanat agung agar para rasulNya pergi ke seluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa
murid-muridNya (Mat 28: 19-20). Sepanjang sejarah Gereja Katolik
menjalankan misi tersebut, yaitu menyebarkan Kabar Gembira pada
semua bangsa, sebab Kristus menginginkan semua orang menjadi
anggota keluarga-Nya yang universal (Gal 3:28). Kini Gereja Katolik
ditemukan di semua negara di dunia dan masih terus mengirimkan para
missionaris untuk mengabarkan Injil. Gereja Katolik yang beranggotakan
bermacam bangsa dari berbagai budaya menggambarkan keluarga
Kerajaan Allah yang tidak terbatas hanya pada negara atau suku bangsa
yang tertentu.
Namun demikian, nama “Gereja Katolik” tidak untuk dipertentangkan dengan istilah “Kristen” yang juga sudah dikenal sejak zaman para rasul (lih. Kis 11:26). Sebab ‘Kristen’ artinya adalah pengikut/murid Kristus, maka istilah ‘Kristen’ mau menunjukkan bahwa umat yang menamakan diri Kristen menjadi murid Tuhan bukan karena sebab manusiawi belaka, tetapi karena mengikuti Kristus yang adalah Sang Mesias, Putera Allah yang hidup. Umat Katolik juga adalah umat Kristen, yang justru menghidupi makna ‘Kristen’ itu dengan sepenuhnya, sebab Gereja Katolik menerima dan meneruskan seluruhajaran Kristus, sebagaimana yang diajarkan oleh Kristus dan para rasul, yang dilestarikan oleh para penerus mereka. (Sumber : Katolisitas.org)