Uskup Agung Palembang Aloysius Sudarso, SCJ mengeluarkan Surat Gembala, tanggal 19 Februari 2020 mengenai ketentuan ” Puasa dan Pantang ” selama masa pra – Paskah tahun 2020.
Pertama:
Masa pra-Paskah adalah masa penuh rahmat. Suatu kesempatan untuk membaharui hidup sebagai umat beriman dengan bertobat. Oleh karena itu setiap umat beriman diundang memanfaatkan waktu untuk mengembangkan hidup rohaninya melalui berbagai cara, terutama dengan rajin berdoa, baik secara bersama di tengah keluarga maupun secara pribadi di tengah kesibukan kerjanya. Pertemuan-pertemuan lingkungan, retret dan rekoleksi menjadi kesempatan bersama sebagai umat dalam membaharui hidup. Menerima sakramen tobat dan rajin menghadiri perayaan ekaristi, merenungkan jalan salib Kristus, menjalani pantang, bermati raga, dan berpuasa merupakan sarana khusus pada masa pra – Paskah ini untuk semakin mengalami penyelamatan Kristus yang telah menderita, wafat, dan bangkit bagi dunia.
Kedua:
Agar suasana pra – Paskah ini sungguh terjamin hendaknya dihindari pesta meriah yang kurang sesuai dengan semangat pantang dan puasa.
Ketiga:
Dalam masa pra – Paskah ini Hari Puasa dilaksanakan pada hari RABU
ABU (tanggal 26 Februari 2020), dan hari JUMAT AGUNG (tanggal 10
April 2020 ). Hari pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan 7 (tujuh) hari Jumat selama masa pra – Paskah.
Keempat:
Yang wajib berpuasa adalah semua orang katolik yang berumur delapan
belas tahun sampai dengan awal tahun ke enam puluh. Sedangkan yang wajib berpantang adalah semua orang katolik yang berumur enam belas tahun ke atas. Maka kewajiban keluargalah untuk mendorong putra- putri remaja menjalankan pantang tersebut agar mereka dapat berkembang kuat dalam iman dan pribadinya.
Kelima:
Yang dimaksud dengan puasa, dalam arti yuridis (hukum) adalah : orang
hanya diperbolehkan makan kenyang satu kali dalam satu hari. Sedangkan yang dimaksud dengan pantang secara yuridis adalah memilih makanan tertentu. Tidak makan daging, garam, tidak merokok, tidak jajan. Keluarga dalam kebersamaan dapat menentukan bersama apa yang paling bermakna untuk perkembangan iman dan kasih keluarga secara keseluruhan.
Keenam:
Bagaimana menghayati pantang dan puasa? Menjalani pantang dan puasa merupakan ungkapan persatuan kita dengan sengsara dan wafat Kristus yang telah membawa keselamatan bagi kita, serta rasa sepenanggungan dengan mereka yang menderita di sekitar kita. Pantang dan puasa mengungkapkan pertobatan batin. Maka pantang menjadi sarana untuk mengendalikan hawa nafsu serta melatih diri untuk uga hari dan bijaksana.
Mengendalikan hawa nafsu:
Mengendalikan diri dari nafsu tak terkendali
atas minuman keras, narkoba, dan
mengendalikan
diri dengan tidak merokok,
berhemat untuk beramal bagi
banyak orang yang menderita, memperbaiki
hubungan dengan sesama terutama dengan membina hati penuh
pengampunan dan belas
kasih. Tidak
melampiaskan melalui tindak
negatif, misalnya melampiaskan nafsu
sex
tak terkendali, merusak dan menghancurkan nama baik atau
milik sesama.
Uga hari dan bijaksana:
Yang ingin kita tampilkan melalui masa pra – Paskah ini adalah penyederhanaan gaya hidup dengan tidak menunjukkan kemewahan, dan menumbuhkan semangat berkorban melalui pelayanan atau pekerjaan agar Tuhan dimuliakan, entah sebagai orang tua, sebagai guru, imam, dan biarawan-biarawati, buruh, perawat, dokter, petani, pelajar dan mahasiswa.
Ketujuh:
Ungkapan tobat ini hendaknya menjadi gerakan bersama sebagai keprihatinan kita, yang adalah Gereja di tengah masyarakat. Karena itu, APP (Aksi Puasa Pembangunan) menjadi tanda pernyataan tobat secara lokal maupun nasional dari Gereja Katolik. Dari tahun ke tahun hasil APP telah membantu banyak orang bangkit dari beban dan penderitaannnya. Diharapkan semakin banyak umat terlibat dalam APP, agar semakin terasa perhatian kita untuk sesama baik di tingkat paroki, Keuskupan, maupun nasional. Sekaligus APP hendaknya dihayati sebagai kelanjutan ungkapan belas kasih Allah bagi manusia yang kekurangan.
Kedelapan:
Perbuatan “Amal” merupakan bagian penting dari masa pra – Paskah ini.
Kita sebagai manusia sudah mendapatkan banyak dari Allah, maka beramal menjadi ungkapan terima kasih kepada Allah yang ingin memberi perhatian kepada saudara-saudari kita yang miskin dan menderita. Putra-putri kita sejak kecil harus dilatih beramal kasih. Sekolah-sekolah kita dan keluarga-keluarga harus membantu anak-anak belajar mempunyai hati yang murah bagi sesama. Semua diwajibkan beramal, juga kita yang masih miskin. Anda yang miskinpun dapat memberi dari kekurangan Anda seperti janda miskin yang dipuji oleh Yesus. Maka semangat Injil harus menjadi kekuatan yang nampak di tengah hidup gereja, khususnya di masa puasa ini.
APP 2020
Gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) sebagai gerakan tobat dan solidaritas kita sebagai anggota Gereja Katolik diharapkan membawa pembaharuan dan perubahan mendasar dalam hidup kebersamaan kita dengan sesama. Kerangka besar APP Nasional Tiga Tahunan (2020-2022) kali ini adalah “Gerakan Melindungi dan Mengelola Sumber Hak Ekonomi Masyarakat yang Bermartabat, Berbelarasa dan Berkelanjutan“. Dan untuk APP tahun 2020 mengambil tema : ”Membangun Kehidupan Ekonomi yang Bermartabat” dengan subjudul : Jangan Rampas Hak Kami”.
Gerakan APP tahun ini dimaksudkan sebagai upaya terus menerus Gereja dalam menanggapi perutusannya mewartakan harapan akan keadilan di tengah dunia yang ditandai oleh praktek ketidakadilan khususnya di bidang ekonomi. Semoga dengan gerakan ini, dan melalui materi-materi yang kita dalami, kita sebagai umat manusia bisa semakin menempatkan diri sebagai saudara dan saudari dengan seluruh ciptaan yang sama-sama hidup bersama sebagai keluarga besar Allah di bumi dan dunia yang satu dan sama ini.