SABTU Sore, 24 Agustus 2024
17.30 : Koor : Emanuel 1 Organis : Filipus Rio
Tata Laksana : Lingkungan Santo Yakobus
MINGGU, Misa I, 25 Agustus 2024,
06.30 : Koor : Don Bosco, Organis : Don Bosco
Tata Laksana : Lingkungan Santo Yoseph 2
MINGGU, Misa II :
08.30 : Koor : Christal Voice Organis Christal Voice
Tata Laksana : Lingkungan Santo Andreas
MINGGU, Misa III :
17.00 Koor PMKRI Organis : PMKRI
Tata Laksana : Lingkungan Santo Titus
Saran Lagu: PS.384,366,368,369,539,650,652,654,106,956,857,956
Penanggalan Liturgi Minggu Ini
Mingg 18 Agustus 2024 : HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA (P) : Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab; Mzm. 45:10c-12,16; 1Kor. 15:20-26; Luk. 1:39-56.
Senin 19 Agustus 2024 : Hari Bisa (H) : Yeh. 24:15-24; Mat. 19:16-22.
Selasa 20 Agustus 2024 : PW St. Bernardus (P) : Yeh. 28:1-10; Mat. 19:23-30
Rabu 21 Agustus 2024 : PW St. Pius X (P) : Yeh. 34:1-11; Mat. 20:1-16a
Kamis 22 Agustus 2024 : PW Perawan Maria, Ratu (P) : Yeh. 36:23-28; Mat. 22:1-14
Jumat 23 Agustus 2024 : Hari Bisa (H) : Yeh. 37:1-14; Mat. 22:34-40.
Sabtu 24 Agustus 2024 : Pesta St. Bartolomeus (M) : Why. 21:9b-14; Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18; Yoh. 1:45-51
Minggu 25 Agustus 2024 : Hari Minggu Biasa XXI (H) : Yos. 24:1-2a,15-17,18b Maz. 34:2-3,16-17,18-19,20-21,22-23; Ef. 5:21-32; Yoh. 6:60-69.
Renungan, Lukas 1:39-56, ” Pasrah “
Bacaan Injil pada perayaan hari ini (Luk 1:39-56) memuat dua bagian, yakni kisah Maria mengunjungi Elisabet (ay. 39-45) dan Kidung Pujian “Magnifikat” (ay. 46-55) yang berakhir dengan ay. 56 sebagai penutup kisah. Bagian pertama mengisahkan dua orang perempuan yang mendapati diri beruntung. Elisabet yang termasuk kaum yang kena aib karena tidak mengandung sampai usia senja kini akan melahirkan Yohanes Pembaptis. Dan dia yang masih ada dalam rahim itu melonjak kegirangan mendengar salam yang diucapkan Maria yang datang berkunjung. Maria sendiri harus melewati hari-hari tak enak memikirkan bagaimana menjelaskan keadaan dirinya kepada Yusuf, tunangannya. Ia bertanya kepada malaikat yang datang kepadanya, bagaimana mungkin semuanya terjadi. Jawab malaikat menunjuk pada peran Roh Kudus. Begitulah kisah yang disampaikan kepada kita oleh Lukas. Dan kelanjutannya kita ketahui. Maria membiarkan Roh Kudus bekerja dalam dirinya. Itu dia Tuhan yang mengubah diri menjadi suara hati manusia. Dan suara hatinya itu jugalah yang membuatnya berkata “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu!”
Roh yang sama juga yang membuat Maria mengidungkan pujian yang dibacakan hari ini. Kidung itu mulai pada ay. 46 dengan pujian bagi Tuhan yang turun ke bumi untuk menyelamatkan umatNya. Ia membuat hidup ini berarti. Ia membuat penderitaan bermakna. Kemudian dalam ay. 48 terungkap pengakuan bahwa Tuhan menyayangi orang-orang yang kecil sehingga mereka menjadi besar di mata orang. Tak perlu kita tafsirkan ini sebagai teologi pembalikan nasib orang miskin jadi kaya dan orang kaya jadi melarat. Ayat itu mewartakan kebesaran Tuhan yang tidak takut berdekatan dengan orang kecil, bukan karena tindakan ini romantik, ideal, melainkan karena orang kecil itu dapat memberinya naungan dan mengurangi kesepiannya! Orang sederhana biasanya ingat Tuhan dan itu cukup membuatNya menemukan kembali secercah kegembiraan yang telah hilang dari surga dulu. Ini teologi sehari-hari.
Magnifikat mekankan tindakan-tindakan besar Tuhan yang membela orang-orang yang dikasihi-Nya di hadapan pihak-pihak yang menindas mereka. Puji-pujian yang terungkap dalam Magnifikat ini senada kontraskan dengan tabut Perjanjian Lama yang isinya kitab Taurat Musa dan roti manna], maka Bunda Maria mengalami persatuan dengan Yesus. Mzm 132:8, mengatakan, “Bangunlah ya Tuhan, dan pergilah ketempat perhentian-Mu, Engkau beserta tabut kekuatan-Mu.” Dan dalam Perjanjian Baru tabut ini adalah Bunda Maria. Bunda Maria-lah juga yang disebut sebagai ‘permaisuri berpakaian emas dari Ofir (Mzm 45: 10,14). Hal ini sejalan dengan penglihatan Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu 12, dan tentu, Luk 1:28, 42 “Hail, full of grace, the Lord is with you, blessed are you among women.” (Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau, diberkatilah engkau di antara semua perempuan) [lihat MD 26, 27]
Bahwa pengangkatan Bunda Maria ke surga merupakan pemenuhan janji Allah bahwa seorang perempuan (Maria) yang keturunannya (Yesus) akan menghancurkan Iblis [dan kuasanya, yaitu maut] (lihat Kej 3:15); dan bahwa pengangkatan ini merupakan kemenangan atas dosa dan maut (lihat Rom 5-6, 1 Kor 15:21-26; 54-57), di mana kematian akan ditelan dalam kemenangan (1 Kor 15:54).
Nubuat Simeon tentang Bunda Maria juga menunjukkan jalan kehidupan Bunda Maria, yang melalui penderitaan, dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:35) dan ini terpenuhi dengan penderitaannya melihat Yesus Puteranya disiksa sampai wafat di hadapan matanya sendiri. Penderitaan tak terlukiskan ini mempersatukannya dengan Kristus, dan karenanya layaklah ia menerima janji yang disebutkan oleh Rasul Paulus, “… jika kita menderita bersama-sama dengan Dia…kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Rom 8:17). Dan karena Bunda Maria adalah yang pertama menderita bersama Yesus dengan sempurna, maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya ini dengan mengangkat Bunda Maria dengan sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, segera setelah wafat-Nya.
Namun dasar yang kuat dari pengangkatan Bunda Maria ke Surga adalah karena Maria adalah Bunda Allah (lih. MD 6,14,21,22,25). Sebab “kemuliaan seseorang terletak dalam menghormati bapanya, dan malu anak ialah ibu ternista” (Sir 3:11). Maka fakta bahwa Kristus mengasihi Bunda-Nya Maria, dan mempersatukannya di dalam misteri kehidupan-Nya, menjadikannya layak bahwa perempuan yang diciptakannya tidak bernoda dan perawan yang dipilih-Nya untuk menjadi ibu-Nya, menjadi seperti Dia, menang dengan jaya atas kematian melalui pengangkatannya ke surga sebagaimana Kristus telah menang atas dosa dan maut melalui Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.
Demikian juga, yang tak kalah penting adalah karena sebagaimana yang disimpulkan dari Kitab Suci dan sudah diajarkan oleh para Bapa Gereja, Maria adalah Hawa yang baru (lih. MD 27,30, 39). Sebab karena kesalahan satu orang maka umat manusia jatuh dalam dosa, sedangkan karena ketaatan satu orang umat manusia dibenarkan (lih. Rom 5:18-19). Maka sebagaimana Hawa dahulu mengambil bagian dalam ketidaktaatan Adam, demikian pula Maria sebagai Hawa yang baru mengambil bagian dalam ketaatan Kristus sebagai Adam yang baru. Dengan ketidaktaatannya, Hawa yang pertama membawa kematian bagi umat manusia, sedangkan Bunda Maria, dengan ketaatannya membawa hidup bagi umat manusia, karena ia mengandung Sang Hidup yang dengan ungkapan kegembiraan dan kepercayaan akan perlindungan ilahi seperti terdapat dalam Kidung Hana dalam 1Sam 2:1-10.
Kepercayaan akan kebesaran Tuhan tidak bisa diterapkan begitu saja untuk memerangi ketimpangan sosial yang mengakibatkan adanya ketidakadilan yang melembaga. Namun demikian, kepercayaan ini dapat membuat manusia semakin peka dan mencari jalan memperbaiki kemanusiaan sendiri. Keterbukaan kepada kehadiran ilahi akan membuat orang makin lurus.
