Minggu Palma : Refleksi Agung Kisah Penyelamatan Tuhan Yesus Kristus

April 14, 2025
Minggu Palma : Refleksi Agung Kisah Penyelamatan Tuhan Yesus Kristus

Umat Katolik memasuki awal Pekan Suci dalam Perayaan Minggu Palma yang merupakan peringatan mengenang kisah sengsaranya Tuhan Yesus Kristus, Sabtu-Minggu 12-13 April 2025. Pada Perayaan Minggu Palma, Sabtu 12 April 2024 pukul 17.30 Wib dipimpin oleh RD. Hyginus Gono Pratowo. Perayaan Minggu Palma diawali dari Taman Maria Bunda Hati Kudus Yesus dengan upacara pemberkatan daun palma, kemudian daun-daun palma yang dipegang umat diberkati oleh Romo Gono dan Prodiakon. Setelah itu dilakukan prosesi perarakan pelayan liturgi dan umat menuju ke dalam Gereja mengenang saat Yesus Kristus memasuki kota Yerusalem sambil melambai-lambaikan daun palma.

Dalam homilinya Romo Gono menyatakan perlu disyukuri bahwa Gereja memberikan secara khusus waktu dan priode dimana kita bisa merenungkan kisah salib kristus secara universal dalam masa pantang dan puasa ini. Salib kristus memang seharusnya kita renungkan tidak hanya pada saat masa Prapaskah, seluruh hidup kita sepanjang tahun seharusnya menjadi sebuah refleksi agung atas rangkaian kisah penyelamatan Tuhan kita Yesus Kristus. Tidak hanya ketika Prapaskah saja kita baru boleh merenungkan sengsara Kristus tetapi sepanjang tahun  kita perlu merenungkannya. Gereja mengkhususkan masa ini agar kita bisa memiliki kesempatan untuk merenungkan secara lebih dalam. 

Saat Yesus dihakimi dan diminta untuk disalibkan barangkali memang orang yang sama yang saat di gerbang Yerusalem menyebut Yesus yang kemudian meneriaki dengan kata-kata salibkanlah Dia. Inilah cerminan diri kita manusia, khususnya saya pribadi dalam suasana tertentu dengan semangat menyambut Yesus, tapi dalam situasi yang lain secara tidak langsung ambil bagian dalam upaya penyaliban Yesus. Saya yang rapuh, yang tak mampu hidup penuh dengan Yesus nampak jelas dalam gambaran bangsa Israel di Yerusalem itu mungkin kita semua bisa bertanya pada diri kita masing-masing semirip apa aku dengan orang-orang Israel yang menyoraki Yesus.

Masa Prapaskah yang telah saya jalani seolah memberi suatu jalan pada saya bagaimana saya bisa lebih konsisten untuk hidup utuh di dalam Kristus. Pengkhianatan yang dilakukan Yudas, sangkalan yang dilakukan Petrus bahkan mentalitas murid yang lari terbirit-birit saat Yesus ditangkap sepertinya ada dalam diri saya, barangkali saya memang tidak lebih baik dari mereka. Satu hal yang saya miliki adalah hasrat yang kuat untuk kembali pada Kristus meskipun sudah jatuh berkali-kali, meski sikap ini terkesan kurang ajar karena saya seperti tak tahu diri setelah mengkhianati kemudian kembali lagi, lalu mengkhianati dan kembali lagi akan tetapi kurang lebih seperti inilah gambaran besar umat manusia.

Siapa yang setelah bertobat lalu tidak pernah sama sekali mengulangi dosa yang sama seumur hidup, mungkin ada tetapi pasti hanya segelintir orang saja disini, yang ingin saya katakan adalah penting untuk ingat bahwa kita perlu kembali pada Kristus yang benar. Kita perlu kembali pada Kristus yang benar karena seringkali kita kembali pada Kristus buatan kita masing-masing, kita harus terus dalam peziarahan hidup kita, mencari Kristus yang sejati. Saat kita merasa sudah tahu seluruhnya tentang Kristus, justru itu menjadi tanda yang paling utama bahwa kita tidak mengenal Kristus sama sekali. Gambaran Yesus yang adalah Allah yang merupakan Raja dari segala Raja, seringkali membius otak kita dengan gambaran kekuasaan-kekuasaan duniawi.

Yesus Kristus yang dalam Injil hari ini  mau menunjukkan pada kita, bagaimana Ia hadir untuk kita,  Yesus yang wafat di kayu salib memberikan kita suatu gambaran besar mengenai seperti apa sosok Allah. Jika kita selama ini hanya berpikir bahwa Allah adalah sosok super power dan super magic, kita perlu memahami Yesus yang tersalib secara lebih dalam, Yesus yang adalah Allah nampak jelas saat ia di kayu salib, Allah yang rela dihancurkan demi cintanya yang amat luar biasa pada kita manusia. Ia yang justru lewat salib mau menunjukkan kebesarannya, hal yang mungkin paradok tetapi benar, mau menunjukkan pada kita betapa Ia adalah Allah Kristiani yang mencintai kita bahwa ia rela dihancurkan demi kita, ini merupakan pengalaman hidup saya, dimana saya mulai merubah visi saya tentang Allah.

Lewat Dia yang tersalib, tirai bait Allah yang digunakan untuk menutupi dan memisahkan umat dari Dia yang transenden terbelah dua saat Yesus wafat di kayu salib, ini tanda bahwa tidak ada lagi penghalang yang menutupi manusia atau menghalangi manusia dalam upayanya mengenal dan melihat Allah secara lebih dalam. Saya bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan pada saya lewat segala rahmatnya dan lewat renungan ini saya ingin berbagi pengalaman hidup yang real dan saya temukan dalam refleksi masa Prapaskah ini, selamat menyambut pekan suci, mari kita menyambut Dia dengan hati yang tulus Tuhan Yesus Kristus.

Leave a Reply


1 + 9 =