Sabtu 5 Oktober 2024 merupakah hari yang bersejarah bagi Frater Maria Herman Yoseph, BHK yang merayakan 40 tahun Yubelium hidup membiara dan sebagai ucapan syukur dirayakan bersama dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Agung Palembang RD. Yohanes Kristianto pukul 09.00 Wib di Gereja Santo Yoseph Palembang.
Dalam kata pengantarnya RD. Hyginus Gono Pratowo, Pastor Paroki Santo Yoseph Palembang mengatakan kita bersykur atas kasih karunia Allah yang dicurahkan dalam panggilan konfater kita, Frater Maria Herman Yoseph, BHK yang merayalam 40 tahun hidup membiara. Suatu proses perjalanan panggilan yang panjang. Kita bersyukur atas kasih setia Allah yang telah menyertai Frater Maria Herman Yoseph, BHK. Bersama Bunda Hati Kudus, seraya kita mendukung dengan doa-doa kita agar Yubilaris sungguh senantiasa merasa dirahmati Tuhan dan terus mengabdi Tuhan sampai berbuah dan mencapai kepenuhannya di dalam Dia.
Melalui homilinya Romo Kris menyampaikan menarik kalau kita membandingkan sebuah perjalanan rohani dengan pengalaman bangsa Israel, bagaimana 40 tahun mereka dipanggil untuk keluar dari perbudakan Mesir, dan menuju tanah terjanji. Ada dua hal, yang pertama pengalaman akan Allah yang setia, Allah yang tidak pernah ingkar janji, Allah yang tetap memanggil, menyertai dan memuliakan itu yang terjadi, dirasakan dan alami. Jatuh bangun, tertawa, menangis, kecewa, senang, campur aduk jadi satu. Itu yang terjadi selama perjalana Tapi tetap yang pertama adalah Allah yang selalu setia, Allah yang selalu berbelas kasih.
Dan yang kedua tentu saja dinamika bangsa Israel yang setelah dipanggil, dipilih, mengalami banyak peristiwa. Saat berada dalam padang gurun, bukan hanya peristiwa yang senang, disambut dengan sorak sorai. Mereka menangis, kelaparan, kehausan dan kehilangan kesadaran sebagai bangsa terpilih. Ada yang mengambil pilihan untuk meninggalkan Allah, tidak percaya akan janji Allah sampai pada tanah terjanji dan mengambil pilihan-pilihannya sendiri. Tentu kita tahu, hanya sebagian saja yang menikmati sukacita sebagai bangsa terpilih sampai ke tanah terjanji. Jadi permenungannya jelas, Allah yang memanggil, Allah yang menyertai dan melindungi, Allah yang memuliakan dan meluhurkan. Selanjutnya, sangat tergantung dari manusia, tergantung dari Israel, tergantung dari kita. Bacaan pada hari ini, Ayub sudah mengambil pilihan, sekalipun ada penderitaan yang sangat besar, dia kecewa, dia sedih, dia mengolah pengalaman dan penderitaan, tapi akhirnya mengambil kesimpulan, kalau memang Allah itu penuh kasih, Allah itu setia.
Saat memberikan sharing pengalaman hidup membiara Frater Herman menyatakan panggilan saya sebagai seorang Frater Bunda Hati Kudus, tidak ada cerita, pengalaman yang indah dan menarik, semuanya biasa-biasa saja. Diawali ketika ada aksi panggilan, waktu itu saya tinggal di NTT Flores, Lembata tahun 1979-1980 ada aksi panggilan oleh Frater BHK orang Belanda. Saya tinggal jauh di pedalaman tapi karena ada informasi itu, saya jalan kaki 30 km dari kampung ke tempat sekarang ibukota Kabupaten Lembata untuk menghadiri aksi panggilan. Setelah itu saya sampaikan kepada orang tua, bahwa saya mau masuk menjadi Frater dan Mama mengatakan terserah, kau pilih sendiri, kami tidak tahu, kami tidak menghalangi, silahkan, tapi jangan pulang, karena pengalaman cerita di kampung, ada yang akhirnya mengundurkan diri atau meninggalkan biara.
Saya mengikuti pembinaan selama Postulan dan membuat lamaran ke Magister/Dewan Konggregasi, diterima dan masuk Novisiat tahun 1984. Kaul pertama 1986 saya memilih motto : ” Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu”. Setelah tahun 1986, kaul perdana/pertama, saya dipindahkan ke Palembang hingga dua tahun kemudian dipindahkan lagi ke beberapa komunitas. Tahun 1995 di Ende Flores dari kami 16 orang hanya 3 orang yang mengucapkan kaul kekal. Tahun 2009 saya merayakan Pesta Perak, waktu itu bekerja di Surabaya dan tahun 2024, saat ini saya diperkenankan untuk berbahagia bersama para Romo, Frater, Bruder, Suster, Bapak, Ibu. Saudara-saudari sekalian di tempat ini.
Sejak masuk sebagai seorang Frater Junior pada kaul pertama, saya memilih motto : Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu. Namun pengalaman 40 tahun, Sabda Bunda Maria ini selalu saya ubah sesuai dengan sikon dan kondisi hati batin saya. Namun saya sadar penuh motto ini tetap hidup, tumbuh dan berkembang dalam diri saya dan saya sadar bahwa yang memanggil adalah Tuhan Yesus sendiri dan saya sadar bahwa Allah yang memanggil, Allah adalah setia. Saya mencoba untuk setia dan ini juga tidak mudah selalu ada tantangan dan macam-macam hambatan tetapi saya selalu punya prinsip.
Saya mau menjadi Frater Bunda Hati Kudus sehingga selama 40 tahun hidup membiara memang suka dukanya silih berganti tapi yang menguatkan saya adalah doa karena saya percaya setiap langkah hidup pasti Tuhan hadir, Tuhan bersama saya. Dan doa kepada Bunda Maria, saya yakin Bunda Maria akan mengantarkan doa permohonan saya kepada Putranya Yesus Kristus. Ini yang membuat saya selalu bertekun dan setia untuk berdoa, karena di dalam doa entah dikabulkan atau tidak, pasti rahmat Tuhan, pelan tapi pasti berkarya dalam hati, sehingga saya selalu sabar, tabah, setia hingga hari ini, saat ini boleh berbahagia bersama kita semua yang hadir di tempat ini. Semoha rahmat Tuhan tet berkarya dalam diri saya dan juga karena bantuan doa kita semua, saya tetap untuk setia terus melangkah entah sampai kapan.
Sementara itu Romo Kris berpesan yang jelas kita semua menyadari kerapuhan dan kelemahan membuat pengalaman kita berubah-ubah. Tapi kita percaya pada Allah yang kasihnya tidak pernah berubah, belas kasihnya, pengampunanNya akan terus kita alami dan kita rasakan. Sekali lagi proficiat Frater Herman, kita saling mendukung, saling mendoakan sampai pada saatnya. Allah memuliakan kita.
Seusai Perayaan Ekaristi seluruh umat diundang untuk mengikuti acara ramah tamah bersama di Komunitas Frater Santo Andreas Palembang.