RUANG KATEKESE

October 8, 2024
RUANG KATEKESE

Perbedaan Bulan Maria dan Bulan Rosario
DOA ROSARIO
I. ROSARIO DOA YANG PENUH KUASA
Rosario adalah doa yang penuh kuasa: untuk perdamaian, untuk
keluarga, serta untuk merenungkan peristiwa-peristiwa dalam hidup
Yesus. Demikian kata Paus Yohanes Paulus II dalam surat apostolik
yang baru diterbitkannya, untuk menandai peringatan 24 tahun
pelantikannya sebagai paus pada tanggal 16 Oktober dengan
menandatangani surat apostolik “Rosarium Virginis Mariae” (“Rosario
Santa Perawan Maria”), pada saat mengadakan audiensi umum
mingguan.

Untuk perdamaian, karena dunia sedang tidak damai dan untuk
damai, butuh doa agar banyak orang tergerak untuk menciptakan
perdamaian dan banyak pemimpin negara bersatu menciptakan
perdamaian dunia. Karakter keras, egosi dan otoriter pemimpin
negara-negara dunia, hanya bisa diubah dengan doa, karena berarti
hanya Tuhanlah yang dimohon untuk mengerjakannya. Kenapa
Rosario? Karena Rosario mengajak kita merenungkan Kristus yang
membawa damai, sekaligus mengajarkan tentang kerendahan dan
ketaatan hati yang paling pantas, seperti Bunda Maria, fiat voluntas
tua.
Untuk keluarga, karena Rosario adalah doa yang membangun semangat saling melayani dan mencintai, karena yang direnungkan adalah perjalanan hidup Sang Cinta Ilahi, Yesus sendiri. Melalui Rosario, keluarga akan dibangun menjadi keluarga yang taat dan takut akan Tuhan, yang menjadikan cinta kasih sebagai pondasi dasarnya. Untuk merenungkan peristiwa-peristiwa dalam hidup Yesus, karena Rosario tak bisa dipisahkan dari Maria, yang juga tak pernah lepas dari hidup Yesus. Merenungkan kesetiaan Maria, adalah merenungkan kisah Yesus sendiri.

Paus Yohanes Paulus II juga mengungkapkan cintanya yang
istimewa akan doa-doa Maria dan menyampaikan saran-saran
bagaimana umat beriman dapat berdoa rosario dengan lebih baik.
“Rosario telah menyertai saya di saat-saat suka dan di saat-saat duka,”
tulisnya. “Dalam rosario saya selalu menemukan penghiburan.” Hanya
selang dua minggu setelah pengangkatannya sebagai Bapa Suci pada
tahun 1978, ia mengatakan, “Sejujurnya saya mengakui: Rosario
adalah doa favorit saya.” Dan, katanya, “mengenang kembali segala kesulitan yang juga menjadi bagian dari pelaksanaan tugas perutusan saya, saya merasa perlu untuk menyampaikan sekali lagi, sebagai suatu undangan yang hangat kepada siapa saja untuk mengalami secara pribadi bahwa: Rosario sungguh meningkatkan irama hidup manusia', dan menjadikannya selaras dengan irama’ hidup Tuhan sendiri.” Bapa Suci
meminta bantuan setiap orang untuk menanggapi “krisis rosario” yang
ditandai dengan kelalaian mengajarkannya kepada anak-anak serta
keragu-raguan -yang didukung oleh beberapa teolog- bahwa rosario itu
kuno, takhyul atau pun anti-ekumene. Terutama setelah “serangan
yang mengerikan” tanggal 11 September 2001, Paus mengatakan:
menggairahkan kembali doa rosario merupakan sumbangan umat
Katolik yang amat berharga bagi perwujudan perdamaian dunia.
Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa rosario memberi
“rasa damai bagi mereka yang mendoakannya,” membimbing mereka
untuk memandang wajah Kristus dalam diri sesama, untuk peka
terhadap kesedihan serta penderitaan sesama, serta membangkitkan
kerinduan untuk menjadikan dunia “lebih indah, lebih adil, lebih selaras
dengan rencana Tuhan.” “Sekarang ini, saya hendak mempercayakan
diri kepada kuasa doa rosario …. sebagai sumber damai di dunia dan
sumber damai dalam keluarga,” tulisnya. Rosario, kata paus, adalah
dan akan selalu merupakan doa dari dan bagi keluarga. Mendaraskan
doa rosario bersama-sama dalam keluarga akan mempersatukan
mereka dengan Keluarga Kudus, membawa harapan-harapan serta
persoalan-persoalan mereka kepada Tuhan, serta memusatkan
perhatian mereka kepada gambaran kehidupan Kristus, dan bukannya
gambar televisi, katanya.

Berbicara tentang praktek doa rosario, Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa rosario mengulang-ulang doa yang sama dengan tujuan merenungkan serta memusatkan pikiran, dan bukannya mendatangkan kejenuhan. Pertama-tama, katanya, biji-biji Rosario janganlah dipandang sebagai “barang jimat,” tetapi sebagai sarana untuk melambangkan “perenungan serta usaha terus-menerus untuk mencapai kesempurnaan Kristiani.” Biji-biji rosario juga dapat “mengingatkan kita akan begitu banyaknya persahabatan dan ikatan persatuan serta persaudaraan yang mempersatukan kita dengan Kristus.” Peristiwa-peristiwa rosario, meskipun bukan pengganti bacaan Kitab Suci, haruslah menghantar pikiran kita kepada Kristus dan kepada peristiwa-peristiwa lain dalam hidup-Nya, demikian kata Paus. Sebagian orang mungkin akan merasa tertolong dengan gambar atau ikon Kitab Suci dari peristiwa yang sedang direnungkan, atau setidaktidaknya, dengan menggambarkan peristiwa -peristiwa tersebut dalam pikiran mereka. Paus Yohanes Paulus II juga menganjurkan agar umat membaca ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan peristiwa yang direnungkan, bukan sebagai sarana untuk mengingat kembali informasi yang ada, “tetapi untuk mengijinkan Tuhan berbicara.”

Seringkali terjadi, pada waktu berdoa rosario, kata Paus, umat
beriman lupa bahwa bagian penting dari suatu doa kontemplasi adalah keheningan; karenanya baik pada waktu mendaraskan doa rosario
secara pribadi atau pun bersama-sama dalam suatu kelompok,
dianjurkan untuk berhenti sejenak dalam keheningan setelah suatu
ayat dibacakan. Sementara sepuluh Salam Maria dalam suatu
peristiwa merupakan “elemen paling penting” dalam rosario, Paus
meminta umat beriman untuk lebih memperhatikan pendarasan doa
Bapa Kami dan Kemuliaan, doa-doa yang menghantar umat kepada
Allah Bapa dan kepada Allah Tritunggal. Bapa Suci menganjurkan
bahwa jika rosario didaraskan dalam suatu kelompok, Kemuliaan
sebaiknya dinyanyikan “sebagai suatu cara untuk memberikan
penekanan yang pantas kepada Tritunggal Mahakudus yang amat
penting dalam semua doa Kristiani.” Paus Yohanes Paulus II juga meminta umat beriman untuk sekali kali berhenti serta memandang salib yang tergantung pada rosario mereka. “Hidup dan doa umat beriman berpusat pada Kristus,” tulisnya. Sama seperti Rosario, “segala sesuatu berasal dari Dia, segala sesuatu menghantar kita kepada Dia, segala sesuatu, melalui
Dia, dalam persatuan dengan Roh Kudus, menuju kepada Bapa.”
Rosario itu doa yang fleksibel, katanya. Ujud-ujud doa khusus dapat
diucapkan pada akhir setiap peristiwa; sebagian dapat dinyanyikan;
sebagai penutup, berbagai kelompok yang berbeda dalam usia,
budaya serta etnis dapat memilih doa atau lagu-lagu Maria yang
sesuai. Terutama ketika berusaha menghidupkan doa rosario bagi anak-anak, beberapa penyesuaian juga diperkenankan, katanya : “Mengapa tidak mencobanya?”

Serba-serbi

Doa Santo Fransiskus dari Asisi
TUHAN, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan Allah, ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada
dihibur; mengerti daripada dimengerti; mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima; dengan mengampuni kita
diampuni, dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal. Amin.

Leave a Reply


8 + 6 =