RUANG KATEKESE

May 7, 2025
RUANG KATEKESE

BULAN MEI ADALAH BULAN MARIA

Banyak orang masih mempertanyakan: apakah Bulan Mei itu Bulan Maria atau Bulan Rosario? Selain itu, tidak sedikit umat yang belum memahami mengapa Bulan Mei disebut sebagai Bulan Maria. Melalui tulisan ini, saya ingin menjawab secara singkat beberapa kegelisahan yang masih muncul di tengah umat Allah. Gereja Katolik memiliki tradisi istimewa, yaitu mendedikasikan bulan-bulan tertentu dalam setahun untuk devosi khusus. Hal ini juga berlaku untuk devosi kepada Bunda Maria. Gereja mendedikasikan dua bulan untuk menghormati Bunda Maria: Bulan Mei sebagai Bulan Maria, dan Bulan Oktober sebagai Bulan Rosario. Keduanya memang dipersembahkan untuk Bunda Yesus yang terberkati. Apa keistimewaan Bulan Mei? Di banyak negara yang mengalami empat musim, Bulan Mei dikenal sebagai awal kehidupan baru karena dimulainya musim semi.

Devosi kepada Bunda Maria sebenarnya telah dimulai sejak abad ke-13. Namun, devosi di Bulan Mei semakin dikenal luas sejak tahun 1700-an melalui para imam Yesuit, dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Sebuah peristiwa penting terjadi pada tahun 1809 ketika Paus Pius VII ditangkap oleh pasukan Napoleon dan dipenjara. Di dalam penjara, beliau memohon pertolongan doa dari Bunda Maria agar dibebaskan. Paus pun berjanji bahwa jika ia dibebaskan, ia akan menetapkan perayaan khusus untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 24 Mei, Paus dibebaskan dan dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya, ia menetapkan perayaan Bunda Maria, Penolong Umat Kristen.

Sejak saat itu, devosi kepada Bunda Maria di Bulan Mei semakin dikenal dan diterima oleh Gereja universal. Ketika Paus Pius IX mendeklarasikan dogma Immaculate Conception (Maria dikandung tanpa noda dosa) pada tahun 1854, penghormatan kepada Maria semakin ditegaskan. Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya The Month of Mary menyatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati.” Beliau juga mengatakan bahwa Bulan Mei menjadi kesempatan untuk mengekspresikan iman dan kasih umat Katolik di seluruh dunia kepada Sang Ratu Surga.

Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun di rumah, mempersembahkan doa dan penghormatan penuh kasih kepada Bunda Maria dari hati mereka. Paus Paulus VI juga menyampaikan bahwa pada bulan ini “rahmat Tuhan turun atas kita dalam kelimpahan.” Maka dari itu, Bulan Mei adalah saat yang sangat baik untuk berdoa bersama Bunda Maria. Banyak keluarga Katolik melaksanakan devosi RUANG KATEKESE Rosario selama Bulan Maria ini. Hal ini menunjukkan kepedulian umat
kepada Gereja universal dan penghormatan kepada Bunda Maria,
teladan pribadi yang beriman sepenuh hati dan tidak gentar menghadapi penderitaan.

Serba-serbi

STIPENDIUM, IURA STOLAE, PERSEMBAHAN

Istilah yang lazim digunakan dalam kodeks (KHK, 1983) yang dimaksudkan dengan stips (stipendium) adalah : sumbangan suka rela umat beriman dalam bentuk uang kepada seorang imam dengan permintaan agar dirayakan satu atau sejumlah Misa untuk ujud/intensi dari penderma. Stips merupakan balas jasa dari penghargaan sukarela bagi sang imam yang telah melayani suatu kebutuhan umat beriman. Tapi bukan kewajiban umat dan imam pun tidak berhak menuntut.

Sedangkan Iura stolae adalah: sumbangan umat beriman kepada seorang imam yang melaksanakan perayaan sakramen (misalnya: baptis, perkawinan) atau melakukan suatu pelayanan pastoral lainnya seperti pemberkatan rumah. Namun karena sudah “salah kaprah” kedua pengertian tersebut disamakan saja, sehingga istilah tersebut juga lazim disebut stipendium. Perlu diperjelas lagi bagi kita pemahaman tentang stipendium maupun iura stolae adalah berbeda dengan persembahan (oblationes) dan derma (alms. donation), kolekte (collection).

Persembahan (oblationes) adalah pemberiaan sukarela dari umat beriman kepada Allah dalam perayaan peribadatan ilahi dalam bentuk natura (roti, anggur, beras, makanan, dll.) maupun dalam bentuk uang. Pemberian dalam bentuk uang yang dikumpulkan disebut kolekte. Maka kalau ada umat yang mengumpulkan sewaktu perayaan atau yang meletakkan uang dalam amplop di atas meja altar dengan tidak menyebut intensinya itu bukan iura stolae, atau stipendium melainkan kolekte persembahan yang harus dipakai untuk kepentingan Gereja atau Paroki. Karena itu, imam tidak berhak mengambilnya untuk kepentingan pribadi.

Sejarah kebiasaan memberi stipendium pada perayaan Misa sudah lama dipraktekan dalam Gereja, bahkan usianya sejak kehidupan Gereja itu sendiri. Meskipun nama dan penafsirannya berubah-ubah selaras dengan perkembangan jaman, tetapi intinya tetap sama yakni bahwa stipendium Misa adalah persembahan dari umat sebagai ungkapan pemberian diri umat kepada Gereja.

Kitab Hukum Kanonik menegaskan perihal stipendium sebagai suatu kebiasaan/tradisi yang teruji dan merayakan misa sesuai dengan intensi/maksud tertentu dari penderma. Kanon 945, § 1: “Sesuai dengan kebiasaan Gereja yang teruji, imam yang merayakan Misa atau berkonselebrasi boleh menerima stips yang dipersembahkan agar mengaplikasikan Misa untuk intensi tertentu”. Tujuan orang memberi derma dalam bentuk stipendium adalah bagi kesejahteraan Gereja dan penghidupan para pelayannya. Selain itu, umat diajak untuk bertanggungjawab secara ekonomis atas perkembangan hidup Gereja dan para pelayanannya. Kanon 946 menyatakan: “Umat beriman kristiani,
dengan menghaturkan stips agar misa diaplikasikan bagi intensinya, membantu kesejahteraan Gereja dan dengan persembahan itu berpartisipasi dalam usaha Gereja mendukung para pelayan dan karyanya”.

Leave a Reply


2 + 2 =